Sampit (ANTARA) -
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah melalui Stasiun Meteorologi Haji Asan Sampit memprediksi wilayah utara Kotim akan diliputi musim hujan sepanjang 2024.
“Untuk wilayah utara atau tepatnya Kalteng 8 diprakirakan terjadi hujan sepanjang tahun, tidak ada transisi ke musim kemarau,” kata Plt Kepala BMKG Kotim sekaligus Prakirawan Mulyono Leo Nardo di Sampit, Sabtu.
Ia menjelaskan, berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data periode 30 tahun (1991 – 2020), wilayah Kalimantan Tengah terbagi atas 13 Zona Musim (ZOM) dengan tipe monsunal. Empat di antaranya meliputi wilayah Kotim, yakni Kalteng 8,9,10 dan 13.
Kalteng 8 meliputi wilayah Kecamatan Antang Kalang, Tualan Hulu bagian utara, Telaga Antang Bagian utara, dan Bukit Santuai bagian utara.
Kalteng 9 meliputi Kecamatan Baamang bagian barat, Parenggean, Bukit Santuai bagian selatan, Cempaga Hulu bagian utara, Kota Besi bagian utara, Mentaya Hilir Utara bagian utara, Mentaya Hulu, Telaga Antang bagian selatan, Tualan Hulu bagian selatan, dan Telawang bagian barat.
Kalteng 10 meliputi Kecamatan Baamang bagian timur, Cempaga, Cempaga Hulu bagian selatan, Kota Besi bagian selatan, Mentawa Baru Ketapang, Mentaya Hilir Selatan, Mentaya Hilir Utara bagian selatan, Pulau Hanaut bagian utara, Seranau, dan Telawang bagian timur. Sedangkan, Kalteng 13 meliputi Kecamatan Pulau Hanaut bagian selatan dan Teluk Sampit.
Baca juga: Bupati: Generasi muda di Kotim harus memahami nilai-nilai Pancasila
Lanjutnya, hasil prakiraan berdasarkan klimatologis menunjukkan bahwa ZOM Kalteng 9,10 dan 13 mulai memasuki transisi dari musim hujan ke musim kemarau pada Juni-Juli, lalu dasarian I Agustus menjadi awal musim kemarau hingga memasuki puncaknya pada bulan yang sama.
Kemudian, pada September siklus musimnya berputar kembali, yakni dengan terjadinya transisi musim kemarau ke musim hujan. Sedangkan, untuk Kalteng 8 tidak menunjukkan adanya potensi siklus musim demikian.
“Jadi di Kalteng 8 diprakirakan berdasarkan klimatologi tidak ada musim kemarau atau masih berpotensi hujan ringan hingga lebat, seperti daerah Antang Kalang, Tualan Hulu dan Bukit Santuai,” ujarnya.
Sehubungan dengan kondisi musim di wilayah utara Kotim, pihaknya mengimbau masyarakat maupun instansi terkait untuk tetap waspada terhadap potensi terjadinya banjir. Karena diketahui, wilayah utara Kotim terutama yang berada di bantaran sungai merupakan kawasan yang rawan banjir.
Potensi banjir di wilayah utara ini juga dapat berimbas pada wilayah yang berada di bawahnya atau yang sering disebut banjir kiriman.
“Kemungkinan besar utara akan menyumbang lintasan air hujannya dan menyebabkan banjir di daerah bawahnya, hal ini juga perlu menjadi perhatian agar masyarakat bisa mengambil langkah antisipasi,” tuturnya.
Di samping itu, adanya perbedaan musim di wilayah Kotim berpotensi terjadi dua bencana dalam waktu bersamaan, yakni banjir dan kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Hal ini pun telah disampaikan kepada pemerintah daerah dan instansi terkait agar bisa menyiapkan upaya mitigasi bencana sejak dini.
Di sisi lain, Pemkab Kotim telah menetapkan perpanjangan status transisi pemulihan bencana banjir selama tujuh hari, yakni 1-7 Juni 2024 dalam rangka menindaklanjuti banjir yang merendam sebagian wilayah Kotim.
Berdasarkan data BPBD Kotim pada Jumat (31/5), tersisa lima desa/kelurahan di dua kecamatan yang terendam banjir. Jumlah ini menurun drastis dari yang sebelumnya 27 desa/kelurahan dari lima kecamatan.
Wilayah yang masih terendam banjir di Kotim antara lain, Kecamatan Mentaya Hulu meliputi Kelurahan Kuala Kuayan, Desa Tanjung Jariangau, Bawan dan Tangkarobah dengan kedalaman berkisar 30-130 sentimeter. Lalu, Kecamatan Kota Besi di Desa Hanjalipan dengan kedalaman tertinggi 60 sentimeter.