Sampit (ANTARA) - Menindaklanjuti laporan warga, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Resort Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah berupaya menangkap beruang yang kerap muncul di akses jalan anak sekolah.
“Kami menerima laporan warga di Desa Rawa Sari, Kecamatan Pulau Hanaut terkait beruang yang sering muncul di jalan desa yang menjadi jalur pulang pergi anak sekolah,” kata Komandan BKSDA Resor Sampit Muriansyah di Sampit, Jumat.
Ia melanjutkan, berdasarkan keterangan kepala desa dan warga setempat kemunculan beruang memang bukan hal yang baru bagi masyarakat setempat. Bahkan, diperkirakan jumlah beruang yang sering berkeliaran di wilayah desa itu mencapai lima ekor.
Namun, kemunculan beruang di jalan akses anak sekolah menimbulkan kekhawatiran warga terutama para orang tua yang takut anaknya akan diserang satwa berkuku tajam itu ketika pergi atau pulang sekolah, sehingga warga berharap agar satwa itu ditangkap.
Salah seorang warga juga sempat merekam video ketika seekor beruang berlari di jalan desa yang dimaksud dan video dijadikan bahan laporan ke BKSDA.
Menanggapi laporan tersebut, tim BKSDA Resor Sampit melakukan observasi ke lokasi, hasilnya diketahui posisi desa tersebut sebenarnya berjarak cukup jauh dari hutan yang ada di belakang desa.
Namun, desa itu didominasi perkebunan, antara lain kebun karet, kelapa sawit dan buah yang menjadi makanan bagi satwa tersebut. Tim BKSDA terkendala untuk melacak keberadaan satwa itu, karena pergerakan beruang yang sulit dideteksi.
“Begini, bagian bawah kebun karet di lokasi itu relatif bersih, hampir tidak ada semak belukar. Jadi, jalur akses beruang luas dan bisa dimana saja. Sedangkan, untuk melacak jejak kaki juga sulit karena struktur tanah di sana adalah mineral sehingga keras,” jelasnya.
Baca juga: Forum Literasi Kotim kembangkan bakat literasi generasi muda melalui lokakarya
Ia melanjutkan, berbeda jika lokasi kemunculan beruang berada di semak belukar, biasanya akan terlihat jalan akses beruang berupa lorong di antara semak belukar yang membantu petugas untuk melacaknya.
Begitu pula dengan struktur tanah yang berpengaruh dalam melacak satwa, karena jika struktur tanah terlalu keras maka sulit untuk meninggalkan jejak.
Setelah beberapa pertimbangan, akhirnya BKSDA Resort Sampit dibantu warga setempat memasang perangkap beruang dengan umpan buah nanas di sekitar lokasi kemunculan yang tampak di video dan itu berada di dekat jalan akses anak sekolah.
“Perangkapnya dipasang tidak jauh dari lokasi kemunculan yang di video. Itu akses anak sekolah pulang-pergi, masih dalam kebun karet,” ujar Muriansyah.
Pemasangan perangkap beruang ini disaksikan kepala desa dan staf kantor desa setempat. Sebelumnya, BKSDA juga memberikan pengarahan terkait perilaku beruang kepada perangkat desa dan warga di kantor Desa Rawa Sari.
Pihaknya juga meminta warga untuk ikut mengawasi dan melaporkan apabila perangkap tersebut berhasil menjebak beruang yang berkeliaran di wilayah itu.
Jarak antara Desa Rawa Sari dan Kantor BKSDA cukup jauh, sehingga pihaknya. tidak bisa setiap hari turun untuk mengecek ke lokasi.
Dalam kesempatan yang sama, BKSDA Resort Sampit juga memasang satu spanduk imbauan kemunculan buaya di pelabuhan penyeberangan Desa Rawa Sari, sebab warga juga melaporkannya adanya kemunculan buaya di perairan sungai setempat.
“Kami juga memberikan pengarahan terkait kemunculan buaya, apalagi berdasarkan catatan kami pada Juli 2024 lalu pernah terjadi konflik buaya dan manusia tak jauh dari lokasi itu,” tambah Muriansyah.
Baca juga: DPRD Kotim sarankan pegawai RSUD Murjani diberi pelatihan peningkatan pelayanan
Baca juga: Wujudkan ASN bersih dan berintegritas, BKPSDM Kotim berikan penyuluhan anti korupsi
Baca juga: Legislator Kotim ingatkan ASN fokus kerja dan tak terlibat kampanye