Jakarta (ANTARA) - Deputi Bidang Kreativitas Media Agustini Rahayu menyebut akan terus mendorong tata kelola sembilan dari 17 subsektor ekonomi kreatif di kedeputiannya yang baru di bawah Kementerian Ekonomi Kreatif.
“Ini kan 17 subsektor ekraf yang sembilan itu ada di bawah kedeputian saya antara lain musik, film, animasi, video, TV, radio, fotografi, penerbitan dan periklanan, apa yang mau dilakukan dalam 3 bulan ke depan itu adalah sesuatu yang sudah bergulir sebelumnya kami teruskan, supaya goal,” kata Agustini saat ditemui media dalam acara pelantikan pejabat tinggi madya Kementerian Ekonomi Kreatif di Jakarta, Senin.
Ia mengatakan beberapa tugas yang sudah menantinya adalah soal memperbaiki tata kelola royalti musik, inkubasi kreatif pelaku-pelaku ekraf, serta mengkomersialisasi dengan membuka akses pasar untuk film-film nasional.
Baca juga: Pemprov tingkatkan kemampuan fotografi ASN tunjang pengembangan ekraf
Baca juga: Dukung seniman terus berkarya, Pemkab Sukamara bangun sanggar seni budaya
Baca juga: Pelaku ekraf diminta buat konten unik dan menarik melalui medsos
Agustini mengatakan Indonesia sudah memiliki kualitas produksi yang cukup baik, namun harus terus didorong agar mampu bersaing dengan negara-negara tetangga atau kompetitor lainnya dengan berkolaborasi dengan beberapa asosiasi terkait.
“Pemerintah itu kan (tugasmya) sebenarnya tiga ya fasilitasi, koordinasi, dan regulasi, kita kerja sama juga dengan beberapa asosiasi-asosiasi terkait yang isinya tuh pelaku-pelaku supaya kita tahu yang dibutuhkan oleh industri ini apa jadi kita lebih banyak mendengar untuk kemudian mengeluarkan regulasi yang tepat sasaran,” katanya.
Sementara untuk industri penyiaran seperti televisi dan radio, Agustini mengatakan kedeputiannya akan melakukan terobosan untuk memanfaatkan media penyiaran sebagai platform untuk mengekspos atau membantu mempublikasi apa yang dilakukan oleh pelaku ekraf.
Selain sebagai platform publikasi, media penyiaran juga akan didorong untuk mengadopsi teknologi agar bisa terus berkembang dan media konvensional tidak tergerus zaman.
“Kalau produksi sebenarnya sudah bagus banget Indonesia, top banget untuk semua sisi produksi, Coba perhatikan fotografinya, film, animasi gitu Sebenarnya udah keren banget jadi itu kita gak khawatir, tapi ya bagaimana ini supaya globalisasi ini nggak ngelindas kita sehingga akses pasarnya ini sudah dibuka,” katanya.