Sampit (ANTARA) - Komisi II Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah memanggil pihak Pertamina guna meminta kejelasan terkait isu kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) yang menyebabkan antrean panjang di sejumlah SPBU.
“Sebelumnya kami sudah bersurat kepada Pertamina dan hari ini mereka mengirimkan dua perwakilannya untuk memberikan penjelasan tentang kelangkaan BBM tersebut,” kata Ketua Komisi II DPRD Kotim Akhyannor di Sampit, Selasa.
Dalam pertemuan yang dilaksanakan di ruang Komisi II DPRD Kotim itu, Akhyannor turut didampingi Sekretaris Supian Hadi serta anggota Andi Lala dan Hendra Sia dari Komisi II DPRD Kotim.
Akhyannor menyampaikan, pertemuan ini merupakan tindak lanjut dari banyaknya laporan warga yang sulit mendapatkan BBM di SPBU di wilayah Kota Sampit dan sekitarnya.
Sebelum permasalahan ini menimbulkan dampak yang lebih besar kepada masyarakat, pihaknya pun mengkonfirmasi langsung duduk perkaranya pihak yang bersangkutan.
Ia juga sempat menanyakan kepada pihak Pertamina tentang banyaknya warga yang membeli BBM jenis Pertamax menggunakan jerigen hingga drum dengan volume besar, karena informasi yang beredar kelangkaan BBM tersebut disebabkan banyaknya pelangsir.
Adapun, secara garis besar penjelasan pihak Pertamina adalah kelangkaan BBM ini dikarenakan adanya penurunan harga Pertamax, kendati demikian pembelian Pertamax memang tidak dibatasi karena BBM jenis tersebut tidak termasuk BBM subsidi.
“Tadi saya juga meminta kepada pihak Pertamina untuk memperketat pengawasan di lapangan dan kalau bisa mobil keluaran terbaru juga harus menggunakan Pertamax agar tidak menggunakan BBM subsidi,” pungkasnya.
Divisi Pemasaran PT Pertamina Patra Niaga Sampit Farel menjelaskan inti masalah dari kelangkaan BBM ini karena adanya penurunan harga Pertamax, yakni dari Rp12.700 menjadi Rp12.400 per liter.
Hal ini menimbulkan kecenderungan di masyarakat yang sebelumnya menggunakan Pertalite beralih ke Pertamax dan sebagai imbasnya permintaan Pertamax meningkat.
“Jadi hal ini tidak ada hubungannya dengan penyaluran BBM, karena penyalurannya normal saja, tidak ada pengurangan atau semacamnya, tetapi ini karena permintaan masyarakat yang meningkat,” ujarnya.
Baca juga: Fraksi PAN Kotim desak penyelesaian akses jalan di kawasan bandara
Farel menyebutkan, sebelumnya kebutuhan Kotim terhadap BBM Pertamax rata-rata 150 kilo liter per hari, namun sejak penurunan harga Pertamax, permintaan masyarakat meningkat menjadi 200 kilo liter per hari, bahkan lebih.
Ia juga menekankan, untuk BBM jenis Pertalite sama sekali tidak mengalami kelangkaan seperti beberapa isu yang beredar. Setiap harinya pasokan Pertalite di Kota Sampit mencapai 360 kilo liter dan pihaknya melayani permintaan Pertalite sesuai kebutuhan.
Ditambahkan oleh Pengawas Operasional Depot PT Pertamina Patra Niaga Sampit Afif, sebagai solusi sementara terhadap peningkatan permintaan Pertamax ini dalam dua pekan terakhir Kotim mendapat bantuan dari depot Pangkalan Bun dan Pulang Pisau.
“Kita mendapat support dari Pangkalan Bun dan Pulang Pisau untuk memenuhi permintaan masyarakat. Misalnya, yang sebelumnya 150 kilo liter per hari tapi kemudian naik menjadi 200 kilo liter, maka sisanya itu akan dibantu oleh dua depot tersebut,” bebernya.
Kembali pada Farel yang menjawab kecurigaan masyarakat mengenai sistem penjualan Pertamax yang hampir sama di semua SPBU wilayah setempat, yakni pada pagi hari Pertamax tersedia, siang hari kosong, tetapi malam hari tersedia lagi.
Menurutnya situasi demikian tergolong normal karena hal ini berkaitan dengan mekanisme distribusi BBM. Pendistribusian BBM ini menggunakan mobil tangki yang kapasitasnya terbatas dan pendistribusian tidak sekaligus.
Ketika BBM yang didistribusikan pada pagi hari telah habis sebelum siang hari, sedangkan pasokan selanjutnya datang pada sore hari maka otomatis akan terjadi kekosongan. Kekosongan ini masih tergolong wajar karena tidak sampai memakan waktu berhari-hari.
“Jadi hal itu wajar saja, yang penting setiap hari tetap dikirim. Kalau mengharuskan pasokan di BBM tidak pernah putus itu tidak mungkin, karena kami menggunakan mobil tangki yang kapasitas maupun jumlah armadanya terbatas dan semua wilayah juga sama,” terangnya.
Farel melanjutkan, sebagai langkah antisipasi selama beberapa pekan ke depan depot Pertamina di wilayah Kalimantan Tengah, tepatnya yang berada di Kotim, Pangkalan Bun dan Pulang Pisau akan beroperasi selama 24 jam.
Hal ini agar pihaknya bisa memenuhi permintaan masyarakat dengan mengoptimalkan pasokan BBM, terutama jika pasokan tersebut diambil dari luar daerah yang membutuhkan waktu lama.
“Karena armada terbatas jadi kami berupaya bagaimana caranya agar penyaluran itu bisa lebih banyak, maka depot dalam beberapa minggu akan dioperasikan selama 24 jam sehingga bisa memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap Pertamax,” demikian Farel.
Baca juga: Pemkab Kotim susun data kebutuhan PPPK paruh waktu
Baca juga: Warga antusias sambut khitanan gratis dari Polres Kotim
Baca juga: Fraksi PAN Kotim: Perubahan perda jangan sampai membebani masyarakat bawah