Chongqing (ANTARA) - Kota Chongqing, sebuah basis manufaktur industri penting di China barat daya, baru-baru ini berubah menjadi ruang pamer bagi integrasi mendalam antara teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) dan industri tradisional.
Sebagai produsen kendaraan energi baru (new energy vehicle/NEV) terkemuka di China dengan kapitalisasi pasarnya menembus angka 270 miliar yuan atau sekitar 38 miliar dolar AS, Seres Group kini tengah mengarahkan fokus pada kecerdasan tertanam melalui kemitraan baru dengan raksasa teknologi ByteDance, kata grup tersebut pada Jumat (10/10).
Kolaborasi ini, yang diatur dalam perjanjian kerangka kerja antara anak perusahaan mereka yang berbasis di Chongqing dan ByteDance, akan mencakup desain bersama serta operasional dari awal hingga akhir (end to end) lainnya untuk membangun ekosistem penerapan AI baru.
Ini hanya salah satu contoh bagaimana inisiatif AI Plus yang diusung China mendapatkan sambutan positif dari kalangan bisnis dan investor global.
China semakin diakui oleh perusahaan-perusahaan global sebagai basis inti untuk penelitian dan pengembangan (litbang) AI serta penerapan AI, kata beberapa investor global yang hadir dalam Pertemuan Dewan Penasihat Ekonomi Internasional Wali Kota Chongqing ke-19, yang diselenggarakan di Chongqing pada akhir September.
Pada Agustus lalu, China menerbitkan seperangkat pedoman untuk implementasi mendalam inisiatif AI Plus, yang merinci pendekatan sistematis untuk memperkuat infrastruktur pendukung AI dan mempercepat integrasi teknologi AI ke dalam berbagai bidang ekonomi dan sosial.
"Integrasi AI dengan manufaktur berkelanjutan akan membuka pertumbuhan permintaan yang berkelanjutan dan menciptakan ruang baru bagi kolaborasi di China," kata Michael Mertin, CEO AT&S AG, sebuah perusahaan manufaktur asal Austria.
Pertemuan itu mempertemukan perwakilan dari 21 perusahaan multinasional yang berasal dari 11 negara dan kawasan untuk mengeksplorasi bagaimana pengembangan industri berbasis AI dapat mendorong kerja sama baru. Dan mereka sepakat dalam satu pesan: Jika Anda ingin mengembangkan AI, lakukanlah di China.
Pasar China yang luas, iterasi aplikasi yang cepat, ekosistem industri yang menyeluruh, serta lingkungan inovasi yang semakin matang menjadi daya tarik utamanya, menurut para perwakilan perusahaan multinasional tersebut.
"Kami menguji coba banyak teknologi global di China justru karena kecepatan penerapan dan iterasi teknologi di sini adalah yang tercepat," kata Jerome Dorlack, presiden sekaligus CEO Adient, pemimpin global dalam industri jok otomotif.
"Salah satu pusat teknologi global terbesar kami berada di Chongqing. Teknologi AI yang kami kembangkan untuk mengotomatiskan proses menjahit pada lini produksi jok, misalnya, mampu mengurangi intervensi manual sebesar 20 hingga 30 persen. Inovasi dari pusat ini diterapkan secara global," imbuh Dorlack.
Bertrand Stoltz, wakil presiden eksekutif STMicroelectronics, mengatakan keunggulan biaya yang dimiliki China dalam inovasi AI memberikan landasan teknis dan ekonomi untuk penerapan aplikasi pintar berskala besar di bidang manufaktur.
Pada Februari, STMicroelectronics dan San'an Optoelectronics memulai operasional pabrik wafer karbida silikon senilai 23 miliar yuan milik mereka di Chongqing, dengan produksi massal dijadwalkan dimulai pada tahun ini.
Fasilitas tersebut akan menyuplai cip berkinerja tinggi untuk industri NEV dan fotovoltaik di China, menurut Stoltz.
"Kami berkomitmen untuk memanfaatkan keahlian kami dalam AI guna bekerja sama dengan Chongqing dalam membangun sistem kekuatan produktif berkualitas baru yang berfokus pada AI," kata Xia Quan, wakil presiden global Qualcomm.
Perusahaan-perusahaan AI China kini menyediakan infrastruktur cerdas dan ekosistem bisnis secara global melalui model "manufaktur AI plus"
Peluncuran model AI sumber terbuka (open-source) dari China, seperti DeepSeek, mendorong pergeseran global menuju pengembangan AI yang lebih terbuka dan kolaboratif.
"Tidak ada satu perusahaan pun memegang apa yang disebut sebagai kunci utama. Untuk mencapainya dibutuhkan seluruh ekosistem," ujar Dorlack.
"China kini menjadi pemimpin inovasi global. Penting untuk memperkuat kerja sama dan kolaborasi inovasi bersama perusahaan-perusahaan China dalam sektor teknologi, produk, dan integrasi pasar," kata Mertin dalam pidato yang disampaikannya di pertemuan tersebut.
Mengingat China masih menjadi pasar inti bagi AT&S AG, perusahaan tersebut juga berencana meningkatkan pelokalan litbang produk terkait AI di China, mengoptimalkan rantai pasokan lokal, serta bekerja sama dalam membangun ekosistem industri.
