Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kebudayaan (Kemenbud) menghelat Pekan Wayang dan Gamelan 2025 di Kota Surakarta sebagai bagian perayaan inskripsi Pertunjukan Wayang dan Gamelan oleh UNESCO yang diharapkan dapat meningkatkan kebanggaan nasional terhadap kedua warisan budaya ini.
Acara ini diikuti oleh 30 komunitas budaya dengan pawai yang berlangsung di Loji Gandrung hingga Balai Kota Surakarta menampilkan peserta pawai berbalut tokoh-tokoh wayang bertujuan untuk mengedukasi para penontonnya mengenal lebih dekat dua warisan budaya takbenda ini .
"Kita berjalan bersama menuju Balai Kota, merayakan Hari Wayang Nasional yang menjadi kebanggaan kita, sebagai bagian dari upaya memperkuat diplomasi dan rasa percaya diri sebagai bangsa," kata Direktur Jenderal Pelindungan Kebudayaan dan Tradisi Kementerian Kebudayaan Restu Gunawan dalam keterangannya yang diterima di Jakarta, Senin.
Pemilihan kota Surakarta dilakukan karena kota ini menjadi salah satu pusat kebudayaan di Indonesia dan sejalan dengan tujuan acara tersebut untuk mengedukasi masyarakat luas tentang dua kebudayaan ini.
Kemenbud juga bekerja sama dengan Pemerintah Kota Surakarta sehingga akhirnya Pekan Wayang dan Gamelan 2025 berhasil dihelat dengan lancar.
Walikota Surakarta Respati Achmad Ardianto menyampaikan pekan Wayang dan Gamelan 2025 ini turut menjadi ruang perjumpaan antargenerasi pelaku budaya, baik maestro, perajin, pelajar, maupun masyarakat umum.
"Pemerintah Kota Surakarta senantiasa mendukung kegiatan yang memperkuat peran seniman dan komunitas budaya agar terus berinovasi tanpa kehilangan akar tradisi. Kegiatan ini, menjadi pemicu lahirnya kolaborasi budaya yang berkelanjutan antara pemerintah, komunitas, dunia pendidikan, dan masyarakat, untuk menjaga eksistensi wayang dan gamelan," ujarnya.
Acara ini juga dimeriahkan dengan kegiatan lomba menggambar wayang tingkat TK dan SD yang diikuti tidak kurang dari 500 peserta di pendopo Balai Kota Surakarta.
Melalui kerja sama antara Kementerian Kebudayaan, Pemerintah Kota Surakarta dan Institut Seni Indonesia Surakarta, gelaran kali ini menjelma menjadi panggung dialog lintas generasi menggemakan pesan bahwa warisan budaya takbenda bukan sekadar untuk dilestarikan, tapi untuk dihidupkan kembali dengan cara yang lebih berani, lebih indah, dan kekinian.
