Jakarta (ANTARA) - Psikolog Remaja dan Anak Lulusan Universitas Indonesia, Vera Itabiliana mengatakan remaja dapat membangun kepercayaan diri lewat fokus pada diri sendiri hingga merawat diri lewat gaya hidup.
"Remaja yang merasa “berbeda” atau sulit berteman sering kali menilai dirinya lebih negatif daripada yang sebenarnya," kata Vera kepada ANTARA di Jakarta, Rabu.
Ia merekomendasikan agar remaja dapat fokus pada kelebihan diri.
"Tulis hal-hal kecil yang bisa dibanggakan sifat sabar, suka menolong, atau tekun," katanya lagi.
Selain itu, melakukan aktivitas positif yang disukai dengan mengikuti kegiatan atau komunitas sesuai minat sehingga mampu memperluas pertemanan tanpa tekanan.
Melatih keberanian sosial secara bertahap mulai dari menyapa duluan, memberi pujian, atau ikut diskusi ringan.
Serta berhenti membandingkan diri dengan orang lain, sebab setiap orang punya waktu dan jalan tumbuh yang berbeda.
Ia juga merekomendasikan agar remaja dapat merawat diri dengan gaya hidup sehat.
"Rawat diri sendiri. Pola tidur cukup, makan sehat, dan aktivitas fisik membantu suasana hati lebih stabil dan percaya diri," pungkasnya.
Sebelumnya, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) merekomendasikan sejumlah upaya, mulai dari deteksi dini, pengembangan dukungan psikososial dari sekolah, hingga penguatan regulasi dan prosedur penanganan kekerasan, sebagai upaya pencegahan paham ekstremisme pada anak.
Komisioner KPAI Klaster Pendidikan, Waktu Luang, dan Budaya Aris Adi Leksono mengatakan di Jakarta, Selasa, bahwa pihaknya menyampaikan keprihatinan mendalam atas peristiwa ledakan diduga bersumber dari rakitan bahan peledak yang terjadi di SMAN 72 Jakarta. Kasus itu melibatkan seorang peserta didik sebagai terduga pelaku.
"Peristiwa ini tidak hanya mencederai rasa aman di lingkungan pendidikan, tetapi juga menunjukkan adanya tantangan serius dalam membangun budaya sekolah yang ramah anak dan anti kekerasan," katanya di Jakarta, Selasa (11/11).
