Jakarta
(ANTARA News) - Setelah mitra terornya yang kemungkinan besar adalah
abangnya terbunuh, Dzhokhar A. Tsarnaev menjadi target perburuan
besar-besaran polisi menyusul Bom Maraton Boston Senin awal pekan ini.
Dia akhirnya ditangkap hidup-hidup.
Berdasarkan
sejumlah informasi, Dzhokhar Tsarnaev adalah pemuda berusia 19 tahun
asal Kyrgyzstan yang sudah tinggal setahun di Cambridge, Massachusetts.
Dzhokhar
yang dalam masa perburuan disebut "Tersangka Dua" (bertopi putih)
adalah mahasiswa Universitas Massachusetts Dartmouth. Dia sudah setahun
berada di Amerika Serikat.
Ayahnya tinggal di
Rusia dan berdasarkan pengakuannya, kedua anaknya itu bukanlah orang
relijius, bahkan pamannya menyebut pecundang.
Berdasarkan
data pada akun Twitter dan Facebook Dzhokhar, di samping laporan media
massa, teman-temannya mengenal dia sebagai "Jahar"
Menurut
laporan NBC News, Dzhokhar masuk ke Amerika Serikat bersama keluarganya
pada antara 2002 atau 2003, sedangkan abangnya Tamerlan Tsarnaev
menjadi warga negara AS pada 2007. Dzhokhar memiliki SIM
Massachusetts.
Menurut laporan Boston.com,
pada 2011 Pemerintah Kota Cambridge menganugerahkan beasiswa sebesar
2.500 dolar AS (Rp23 juta) kepada Dzhokhar Tsarnaev.
"Kota
ini menganugerahkan beasiswa 2.500 dolar AS kepada 45 mahasiswa, hasil
sumbangan warga dan pengusaha. Sekitar 35 dari 45 beasiswa diberikan
setiap tahun," tulis Brock Parker dari Boston.com mengutip keterangan
pemerintah kota Cambridge.
Dzhokar kini sudah
menjadi mahasiswa senior pada Cambridge Rindge and Latin School.
Associated Press menghitu kehadiran dia di kampus ini paling tidak sudah
satu tahun.
Media lalu menemukan akun Facebook
"Djohar Tsarnaev" dan orang ini menyebut pendidikan terakhirnya di
Cambridge Rindge and Latin School, sedangkan Boston menjadi tempat
tinggal terakhirnya.
Dalam laman jejaring
sosialnya ini dia menyebut Islam adalah keyakinannya, sedangkan
prioritas hidupnya adalah "karir dan uang."
Dalam
beberapa jam terakhir muncul akun-akun Twitter palsu atas namanya, tapi
setelah melacak data dari Google Cache, dan kicauan-kicauan terakhir di
Twitter, reporter teknologi Adrien Chen mengaku telah menemukan akun
Twitter asli Dzhokhar.
Akun ini lalu dikroscek
ke seorang teman Dzhokhar dengan Buzzfeed yang memastikan itu memang
benar akun milik Dzhokhar. Seorang teman sekampusnya juga membenarkan
itu adalah akun Dzhokhar. Akun ini diketahui aktif selama lebih dari
setahun.
Beberapa saat setelah pemboman di
Boston, dia mengirim satu kicauan untuk mengomentari pengakuan salah
seorang korban pemboman itu. Di sini dia mengeluarkan kicaun, "cerita
palsu."
Lalu setelah pemboman, dia
menyampaikan kicauan lagi bahwa dia kini bebas dari stres. Kemudian
pada malam usai pemboman terjadi, dia menyampaikan kicauan kepada semua
orang untuk "aman selalu." Setahun lalu dia memposting kicauan, "Saya
akan mati muda".
Dalam media sosial, seorang
teman sekampusnya mengomentari dia dengan kalimat berikut, "Dia
pendiam", sedangkan sang ayah menyebut dia mahasiswa kedokteran dan
berhati malaikat.
Membuat malu
Ini aneh, lalu Associated Press mengonfirmasi kepada sang ayah apakah benar dia mahasiswa kedokteran tahun kedua.
Jawab
si ayah kepada AP, "Anakku sungguh malaikat...Dzhokhar adalah mahasiswa
kedokteran tahun kedua di Amerika Serikat. Dia anak yang pintar. Kami
menunggunya pulang berlibur ke sini (Rusia)."
Menjadi
mahasiswa kedokteran di tahun kedua pada usia 19 tahun tidaklah biasa,
tetapi inilah kali pertama apirasi karir Dzhokhar terungkapkan.
Menurut
ABC News, ayah Dzhokhar Tsarnaev berbicara kepada sang anak sebelum
tertangkap. Sang ayah bertanya apakah kedua anaknya itu terluka akibat
bom Maraton Boston itu. Lalu, setelah Tamerlan diberitakan meninggal,
sang ayah meminta Dzhokhar menyerahkan diri kepada polisi.
"Menyerahlah.
Menyerahlah. Kamu punya masa depan gemilang di hadapanmu. Pulanglah ke
Rusia," kata sang ayah. Tapi kepada ABC News sang ayah berkata, "Jika
mereka membunuh anak keduaku, aku akan tahu bahwa itu pekerjaan orang
dalam, pembunuh bayaran. Polisi kambing hitamnya. Seseorang, organisasi
tertentu di luar sana akan memburu mereka."
Sementara
pamannya, menyebut Dzhokar dan abangnya sebagai pecundang. Mengenai
perasaannya melihat keponakannya terbunuh dalam baku tembak dengan
polisi, sang paman berkata si keponakan pantas mendapatkannya.
"Tentu
saja kami malu," kata sang paman, Ruslan Tsarni, yang tinggal di
Maryland, AS. Dia mengatakankeluarga Tsarnaev mendapat suaka di AS dan
menegaskan bahwa keluarganya "sejak lama tak ada kaitannya dengan kedua
bersaudara itu sejak lama...Pemboman itu tak ada kaitannya dengan
Chechnya."
"Saya hanya ingin keluarga saya menjauh dari mereka," sambungnya. "Saya menghormati negeri ini (AS), saya mencintai negeri ini."
Sementara bibi mereka malah menduga kedua keponakannya dijebak. Kepada Toronto Sun, sang bibi bernama Maret Tsarnev, berkata;
"Dua
anak lelaki dari abangku itu tumbuh demikian cepat. Reaksi pertamaku
adalah, ‘Mengapa mereka melakukan itu?’ Tapi begitu saya mempelajari
semua material, itu tak memberi alasan apapun…seluruh dunia kini
menghakimi mereka berdasarkan apa yang mereka lihat, bukan apa yang
mereka ketahui."
Kepada wartawan dan CNN wanita
ini menuduh kedua keponakannya dijebak orang. Wanita ini berkata,
"Foto-foto dipertontonkan...mereka dijebak."
Dzhokar
terdaftar sebagai mahasiswa Universitas Massachusetts Dartmouth. Lalu
Buzzfeed Rosie Gray dari The Atlantic merekam wawancaranya dengan
teman-teman sekampus Dzhokar yang membenarkan bahwa dia memang berkuliah
di kampus itu.
Salah seorang temannya adalah
keponakan dari wartawan Radio Boston Robin Young. Dalam Twitter-nya,
Young mengaku terpukul dan membenarkan bahwa dia mengenal Dzhokhar
sebagai salah seorang sahabat dari keponakan tercintanya.
Dzhokhar
membuntuti abangnya, sedangkan NBC melaporkan Dzhokhar berlari menyusul
abangnya menghindari tembak menembak dengan polisi malam lalu.
Sementara si abang, yang kini sudah meninggal, punya status di media sosialnya, bahwa dia tidak punya satu pun kawan di Amerika.
Sebuah esay foto yang diyakini sebagai profil abang Dzhokhar, Tamerlan, menyebar di Internet.
The
Atlantic mengontak jurnalisfoto Johannes Hirn, untuk memastikan
identitas Tamerlan. Hasilnya, tempat kelahiran Tamerlan (Chechnya), usia
dan namanya memang cocok dengan Tamerlan.
Jejak di YouTube
Dalam
esay foto berjudul "Will Box for Passport", Tamerlan Tsarnaev
berkata,"Saya tak punya satu pun teman Amerika, saya tak paham mereka."
Pada posting lainnya, tulis Hirn, "Tamerlan mengaku lebih memilih
bersaing untuk Amerika ketimbang untuk Rusia."
Tamerlan terlihat memposting sebuah video mengenai seorang penceramah ekstrim yang punya kaitan dengan Alqaeda di YouTube.
Akun YouTube itu diyakini memang milik Tamerlan. Namanya juga cocok, dan dia sudah aktif selama lebih dari setahun.
Salah
satu video itu didedikasikan untuk nubuat Selempang Hitam Khurasan yang
dipuja kaum ekstrimis, termasuk Alqaeda. Video-video yang diposting
Tamerlan ke laman YouTube ini mungkin bisa mengungkap motivasi peledakan
Bom Maraton Boston.
Nubuat itu menyatakan bahwa pasukan siluman akan bangkit di Khurasan, Asia Tengah.
Tamerlan
pernah ditangkap gara-gara kekerasan terhadap perempuan. "Pada 2009,
Tamerlan ditahan karena kekerasan terhadap perempuan setelah menyerang
teman perempuannya," lapor David Kenner dari Foreign Policy.
Tamerlan
dikabarkan menjadi warga negara Amerika Serikat pada 11 September 11
2012, tapi laporan NBC ini dibantah karena menurut The Times, Tamerlan
justru ditolak permohanan kewarganegaraannya karena kasus kekerasan
terhadap perempuan itu.
Laporan lain malah menyebutkan justru Dzhokhar yang memperoleh kewarganegaraan pada tanggal itu.
Dzhokhar mendapat green card pada 2007, dan menjadi warga negara naturalisasi pada 11 September 2012, sedangkanTamerlan ditolak, kata ayahnya.
Kedua
bersaudara ini ternyata mempunya seorang adik perempuan dan harian The
Star Ledger berhasil menemukan seseorang di New York yang memiliki nama
belakang sama dengan Dzhokhar dan Tamerlan.
"Mereka
orang-orang luar biasa. Saya tak meragukannya. Mereka cerdas, saya tak
tahu apa yang membuat mereka berbuat seperti itu." kata perempuan yang
disebut adiknya itu.
Dan Goldberg dari The
Star Ledger menulis, "Dia (perempuan itu) menyebut Dzhokhar A. Tsarnaev
(19) dan abangnya Tamerlan (26) sebagai adik-adiknya.'"
Beberapa waktu sebelumnya, polisi mengeluarkan perintah buru untuk seseorang bernama Sunil Tripathi.
Tripathi
adalah mahasiswa Universitas Brown yang menghilang sejak 16 Maret lalu.
Dia sempat disebut-sebut sebagai tersangka teror, namun bukan
tersangka bom Maraton Boston.