Bogor (ANTARA News) - ASEAN Economic Community (AEC) 2015 menjadi salah
satu isu yang dibahas dalam pertemuan para Menteri Riset dan Teknologi
negara-negara ASEAN yang tergabung dalam kegiatan ASEAN Science and
Technology Week (ASTW) ke-9 di Kota Bogor, Jawa Barat, Senin.
"Karena
2015 ini kita akan masuk dalam ASEAN Economic Community (AEC)," kata
Asisten Deputi (Asdep) Jaringan Iptek Internasional Kementerian Riset
dan Teknologi (Kemenristek) Nada Darmiyanti.
Nada menjelaskan,
dalam pertemuan tersebut seluruh peserta bersepakat bahwa ilmu
pengetahuan dan teknologi harus mendukung perkembangan ekonomi ASEAN.
Menurutnya, selama ini Iptek hanya digunakan untuk penelitian dan
pendidikan, padahal meski diimplementasikan dalam masyarakat.
"Kedepan penelitian tidak hanya untuk masuk dalam laci, tetapi
harus bisa berguna di masyarakat, sehingga Kementerian Ristek ASEAN
harus berfikir bagaimana memperbaharui riset dan teknologi untuk
mendukung AEC," kata Nada.
Nada menyebutkan, AEC juga menjadi latar belakang diadakan acara
ASTW karena ASEAN Community segera berlaku akhir 2014. Selain juga
berpegang dengan tiga pilar kerja sama ASEAN yakni keamanan, politik,
ekonomi, dan budaya.
"Kebetulan Iptek masuknya ke dalam pilar ekonomi dan budaya ASEAN," ujar dia.
Saat ditanya penelitian yang mendesak dilakukan menghadapi AEC,
Nada menjelaskan, dalam pembicaraan ASTW mengarah pada teknologi hijau,
yang mencakup lingkungan, energi alternatif, dan kesehatan.
Seperti misalnya dalam mengolah batu bara tidak bisa langsung
dijual tetapi harus diedit nilainya melalui teknologi tertentu, sehingga
negara-negara ASEAN jangan sampai menjadi pasar negara maju, membeli
dengan harga mahal barang-barang yang bahan bakunya dari negara sendiri.
"Antara negara maju dan ASEAN harus ada kerja sama jangka panjang agar kita tidak menjadi market negara maju," katanya.
Nada menjelaskan, dalam pertemuan ini Indonesia juga memiliki
peran dalam hal riset dan teknologi terutama untuk sistem peringatan
dini dan "open source software".
"Indonesia dinilai unggul karena kita pernah menghadapi bencana
alam terbesar gempa dan tsunami di Aceh. Sehingga kita menjadi pembicara
utama dalam dua teknologi ini," kata Nada.
ASTW ke-9, menurut dia, diisi 15 macam aktivitas, mulai dari 4th
ASEAN Science Congress and Conference (18-19 Agustus), tiga ASEAN
Flagships Workshops (OSS, EWS-DRR, Biofuel) pada 20 Agustus, South East
Asia-Europe Union (EU)-NET Bibliometrics WS (20 Agustus), dan Sustain
EU-ASEAN Environment Research (20 Agustus).
Selain itu ada pertemuan ABAPAST, ABASF, dan INASAT pada 21
Agustus yang dilanjutkan dengan The 68th ASEAN COST Meeting pada 22
Agustus. Pertemuan lain yakni ASEAN COST+ Dialogue Partners (23--24
Agustus), ASEAN STI Exhibition (22-25 Agustus), 8 Informal ASEAN
Ministerial Meeting on S&T (8IAMMST) pada 25 Agustus, dan ASEAN ST
Awards pada acara Ministerial Gala Dinner.
"Di ASTW juga ada eksibisi, peneliti-peneliti dari ASEAN juga
membawa hasil-hasil penelitian dan teknologi mereka untuk dipamerkan di
Botani Square," ujar Nada.
ASTW ke-9 digelar di Bogor, Jawa Barat, dari 18 hingga 27 Agustus
2014. Kegiatan ini masih menjadi bagian dari rangkaian perayaan Hari
Kebangkitan Teknologi Nasional yang diperingati setiap 10 Agustus.
Berita Terkait
Menteri PANRB setujui 40.839 formasi CASN di Kemensos
Jumat, 19 April 2024 18:57 Wib
Staf khusus Menteri BUMN bantah Erick Thohir minta borong dolar
Jumat, 19 April 2024 14:55 Wib
Air minum terdistribusi di IKN pada Juni
Selasa, 16 April 2024 15:53 Wib
Benarkah Indonesia negara dengan rasio utang terkecil di dunia?
Kamis, 11 April 2024 13:38 Wib
Jokowi minta para menteri kawal mudik Lebaran 2024
Senin, 8 April 2024 13:24 Wib
Pria yang berupaya habisi Presiden Argentina berhasil ditahan
Jumat, 5 April 2024 12:00 Wib
Empat menteri telah hadir di MK untuk berikan keterangan
Jumat, 5 April 2024 8:23 Wib
Empat menteri dipastikan hadir dalam sidang PHPU
Kamis, 4 April 2024 16:48 Wib