Palangka Raya (Antara Kalteng) - Tokoh masyarakat Suku Dayak dari berbagai provinsi di Indonesia maupun negara lain berkumpul untuk memeringati 120 tahun abad Rapat Damai "Tumbang Anoi" yang dijadwalkan 3-4 Oktober 2014.
"Selain tokoh Dayak dalam negeri juga hadir perwakilan dari Serawak Dayak National Union, Borneo Dayak Forum di Malaysia maupun Kedutaan Besar Belanda di Jakarta," kata Karo Humas Setda Provinsi Kalteng, Benius di Palangka Raya, Selasa.
Tumbang Anoi merupakan tempat bertemu para tokoh dayak se- Kalimantan untuk membahas berbagai kondisi maupun dinamika masyarakat di tahun 1894, serta menghasilkan berbagai kesepakatan.
Benius mengatakan kesepakatan yang dilahirkan pada masa itu diantaranya, persetujuan penghentian permusuhan dengan pihak Pemerintah Hindia Belanda, menghentikan kebiasaan perang antas suku, balas dendam antar keluarga dan adat perbudakan.
"Pihak Belanda juga mengakui berlakunya hukum Adat Dayak dan memulihkan segala kedudukan, maupun hak-hak suku dayak lingkup pemerintahan lokal tradisional. Dan berbagai kesepakatan lainnya," kata dia.
Memeringati perjanjian tersebut akan dibagi dalam dua kegiatan yakni Pumpung Hai/Pakat Dayak dan Napak Tilas Rapat Damai Tumbang Anoi. Pumpung Hai merupakan kegiatan mengevaluasi partisipasi masyarakat dayak dalam pembangunan di bidang sumber daya alam.
Sedangkan Napak Tilas Rapat Damai Tumbang Anoi merupakan upaya melihat secara langsung lokasi, mendapatkan penjelasan dari pemerhati budaya, meningkatkan penghayatan dan penghargaan terhadap semangat yang para tokoh dayak masa lalu melaksanakan rapat Damai Tumbang Anoi tahun 1894.
"Memeringati perjanjian tersebut juga nantinya diharapkan akan menghasilkan beberapa hal. Apa saja isi kesepakatannya, nanti akan dibahas di desa Tumbang Anoi," demikian Benius.
(T.KR-JWM/B/M019/M019)