Jakarta (ANTARA News) - Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi
Muhammad Nasir akan menjadikan riset-riset Indonesia berkelas dunia dan
mampu mendukung kemajuan industri di Tanah Air.
"Yang jelas riset-riset kita harus lebih baik, harus berkelas dunia
dan harus bisa mendukung industri. Begitu pula Dikti (Pendidikan
Tinggi), hasil-hasil risetnya harus berkelas dunia," kata M Nasir kepada Antara di Jakarta, Senin.
Menurut Nasir, cetak biru untuk arah kerja Kementerian Riset
Teknologi dan Pendidikan Tinggi pada Kabinet Kerja di bawah Presiden
Joko Widodo sudah ada.
"Blue print sudah ada, tapi lengkapnya seperti apa harus ada arahan
dari Presiden. Nanti kita tunggu Sidang Kabinet dulu," ujar Nasir.
M Nasir yang menggantikan posisi Gusti Muhammad Hatta di
Kementerian Riset Teknologi ini akan langsung mendatangi kantornya di
Gedung BPPT, Jakarta Pusat, usai dilantik dan mengikuti Sidang Kabinet
pertama pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Wakil Presiden
Jusuf Kalla (JK).
Ia mengatakan tidak ada persiapan khusus untuk mengikuti pelantikan Kabinet Kerja Jokowi--JK,
termasuk batik bernuansa warna cokelat yang menjadi pakaian yang
ditetapkan untuk pelantikan. "Saya pecinta batik, saya pakai saja yang
ada (buat pelantikan) tidak perlu baru".
M Nasir lahir di Ngawi, Jawa Timur, pada 27 Juni 1960. Ia terpilih
menjadi Rektor Universitas Diponegoro (Undip) periode 2015--2019 dan
belum sempat dilantik menggantikan Prof Sudharto P Hadi.
Ayah dari tiga anak ini sebelumnya menjadi Dekan Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Undip periode (2010--2014) dan Guru Besar Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Undip, Semarang.
Pria yang dikenal beberapa kalangan sebagai ahli di bidang anggaran
dan pernah mengkritisi sistem penganggaran berbasis kinerja ini
menyelesaikan pendidikan antara lain S1 di Undip, S2 di Universitas
Gadjah Mada, dan meraih gelar PhD di University Sains Malaysia pada
2004.
M Nasir: Riset Berkelas Dunia Penyokong Industri
Blue print` sudah ada, tapi lengkapnya seperti apa harus ada arahan dari Presiden."