Kuala Pembuang (Antara Kalteng) - Jika berbicara mengenai makanan khas asal Kabupaten Seruyan, rata-rata masyarakat di Kalimantan Tengah hanya mengenal ikan asin dan kerupuk pipih. Ya, karena kualitas dua produk berbahan dasar ikan sudah sangat baik dan produknya sudah beredar hingga ke luar daerah Kalteng.
Namun, sesungguhnya ada makanan khas Seruyan tidak hanya sebatas dua produk berbahan dasar ikan tersebut, tapi ada satu lagi produk makanan khas pesisir Seruyan berbahan dasar udang rebon yang sudah diwariskan turun-temurun sejak lama. Namanya Cincalu.
Samsul (42), salah satu pengrajin Terasi dan Cincalu di Kuala Pembuang, Kamis, mengatakan Cincalu dengan aroma dan rasa khas asin bercampur asem sangatlah digemari masyarakat pesisir Seruyan.
"Biasanya langsung dimakan dengan nasi panas dan juga lalapan, bisa juga dimasak atau ditumis dengan ditambah bahan lain seperti cabe, bawang merah dan jeruk nipis," katanya.
Di banyak kampung nelayan pesisir di ‘Bumi Gawi Hatantiring’, seperti di Desa Sungai Undang Kecamatan Seruyan Hilir tempat Samsul tinggal, warga akan ramai membuat Cincalu ketika hasil tangkapan udang rebon melimpah. Hal itu dilakukan agar udang yang tidak terjual jadi tidak terbuang percuma.
"Selain itu, Cincalu ini dapat disimpan dan tahan lama, semakin lama disimpan maka akan semakin bagus, karena rasanya akan semakin nikmat," katanya.
Bapak dua anak ini menjelaskan, membuat Cincalu tidaklah susah. Pertama dimulai dengan membersihkan udang rebon yang biasa dibuat untuk terasi. Setelah bersih, lalu taburi garam secukupnya dan diperam atau didiamkan dalam tempat tertutup selama empat sampai delapan hari hingga berbentuk cairan mengental.
"Cincalu yang berkualitas dapat dilihat dari warna yang dihasilkan setelah diperam selama beberapa hari. Kalau warnanya agak kecoklatan maka kualitas kurang bagus. Rasanya pun kurang enak. Sebaliknya, setelah proses pemeraman menghasilkan warna cerah kemerahan maka itu menunjukkan Cincalu dengan kualitas bagus," katanya.
Selain untuk konsumsi sendiri, Cincalu juga dijual ke pasar. Namun masih dipasarkan untuk lokal saja. Harganya pun cukup murah. Untuk satu botol Cincalu berukuran 180 mililiter dijual seharga Rp15.000.
Kepala Dinas Perdagangan Koperasi dan UMKM Kabupaten Seruyan Laosma Purba, mengatakan, Cincalu merupakan salah satu produk unggulan Seruyan bersama dengan produk lain seperti terasi, kerupuk ikan, abon jantung pisang. Tapi berbeda dengan produk lainnya, Cincalu masih sulit dipasarkan ke luar daerah.
"Masalahnya memang pada kemasan. Kalau kerupuk, terasi dan abon sudah dikemas hingga layak untuk dipasarkan ke luar, sedang cincalu masih belum bisa," katanya.
Selama ini pengrajin cincalu dijual dalam kemasan bekas minuman air mineral. Hal itu disebabkan karena memang belum ada desain kemasan yang benar-benar dapat digunakan untuk mengemas cincalu yang berbentuk cair dengan bau menyengat.
"Makanya cincalu ini masih sulit dibawa keluar. Paling-paling kalau ada event pameran di luar daerah baru kita bawa untuk dikenalkan ke masyarakat," katanya.
Menurutnya, selain kemasan, dan kendala lain adalah belum adanya investor yang tertarik untuk mengembangkan sektor industri kecil menengah (IKM) di Seruyan. Padahal kehadiran investor ini sangat diperlukan untuk mendorong perkembangan sektor IKM di Seruyan.
"Investor ini bukan hanya mereka yang mampu memberikan modal atau menampung hasil produksi seperti cincalu. Tapi juga investor yang mempunyai akses untuk memasarkan produk ke luar daerah. Ini yang masih belum ada," katanya.
'Cincalu' Makanan Khas Pesisir Seruyan
Cincalu, makanan khas Pesisir Seruyan. (Foto Antara Kalteng/Fahrian A.)
