Muara Teweh (Antara Kalteng) - Harga karet di pedalaman Kabupaten Barito Utara Kalimantan Tengah pada awal Oktober 2015 kembali turun menjadi Rp4.000 per kilogram setelah sebelumnya Rp5.000/kg.
"Turunnya harga karet ini sudah terjadi dalam sepekan terakhir," kata Igang, salah seorang petani karet di Kelurahan Jambu, Kecamatan Teweh Baru, Sabtu.
Menurut Irwansyah, turunnya harga karet tersebut membuat petani di kabupaten pedalaman Sungai Barito itu kembali terpukul sehingga ada yang tidak mau menjual karena menunggu harga membaik.
Turunnya harga karet itu diduga akibat permainan para tengkulak yang menguasai penjualan karet di daerah tersebut dengan menyesuaikan harga pasar di Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
"Masalahnya para petani setempat masih tergantung kepada para tengkulak karena di daerah ini tidak ada pabrik karet, padahal hasil panen karet cukup banyak," katanya.
Irwansyah mengatakan bahwa turunnya harga karet itu sesuai dengan pengakuan para spekulan karena pihak pabrik di Banjarmasin juga menurunkan harga karet rakyat tersebut.
"Kami berharap harga karet kembali naik nanti guna membantu petani, apalagi saat ini harga barang mengalami kenaikan ditambah saat kemarau ini getahnya berkurang atau sedikit," katanya yang didukung oleh para petani lainnya.
Karet merupakan salah satu komoditas unggulan kabupaten di pedalaman Kalteng karena sebagian besar masyarakat mengusahakan perkebunan karet, baik bibit lokal maupun unggul.
Luas perkebunan karet rakyat di kabupaten yang terkenal dengan potensi batu bara itu tercatat 35.646 hektare dengan produksi karet kering mencapai 18.696 ton per tahun.
Semua perkebunan karet rakyat itu tersebar di sembilan kecamatan di wilayah tersebut.
Petani Terpukul Harga Karet Pedalaman Barito Anjlok
Masalahnya para petani setempat masih tergantung kepada para tengkulak karena di daerah ini tidak ada pabrik karet, padahal hasil panen karet cukup banyak,"