Jembatan Mandastana Barito Kuala Ambruk, Kenapa?

id Jembatan Mandastana, Desa Tanipah, Barito Kuala, jembatan ambruk

Jembatan Mandastana Barito Kuala Ambruk, Kenapa?

Ilustrasi - Jembatan ambruk. (istockphoto.com)

Banjarmasin (Antara Kalteng) - Jembatan Mandastana Desa Tanipah, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan, yang baru dimanfaatkan oleh warga sekitar satu setengah tahun tiba-tiba ambruk terbelah menjadi dua.

Beberapa warga sekitar mengatakan, jembatan beton yang baru dimanfaatkan pada awal 2016 tersebut, ambruk pada Kamis siang, sekitar pukul 11.30 wita, atau pada saat warga sedang mengikuti berbagai lomba untuk memeriahkan HUT ke -72 Kemerdekaan Republik Indonesia.

Salah seorang warga yang tinggal tidak jauh dari lokasi jembatan, Makmur mengatakan, siang itu dia mendapatkan informasi dari anaknya, bila jembatan Mandastana ambruk.

"Sebelumnya tidak ada tanda-tanda, jembatan tersebut bermasalah, saat dilewati juga tidak goyang, begitu juga tidak terlihat ada badan jalan yang retak, tiba-tiba jembatan tersebut ambruk begitu saja," katanya.

Hal yang sama juga disampaikan oleh Kepala Desa Bangkit Baru, Muhammad Alex, yang mengatakan tidak pernah menduga kalau jembatan yang baru saja dinikmati warga satu tahun lebih tersebut bakal ambruk.

Menurut dia, sejak awal kondisi jembatan cukup bagus dan terlihat kokoh, tidak ada tanda-tanda bakal ambruk.

"Saya tidak tahu pasti, tiba-tiba saja jembatan yang cukup vital tersebut ambruk," katanya.

Dia menduga, posisi jembatan berada pada pertemuan arus dari beberapa sungai, sehingga hantaman arus yang terus menerus, membuat pilar jembatan bergesar sehingga ambruk.

Menurut dia, jembatan tersebut satu-satunya penghubung bagi tiga desa, yaitu Desa Tanipah, Tahalayung, dan Sungai Ramania.

Ambruknya jembatan tersebut, tidak hanya akan menyulitkan bagi anak sekolah, tetapi juga bagi petani maupun masyarakat sekitar yang ingin ke pasar atau ke daerah lain.

Terdapat lima sekolah dasar dan satu SMP, yang sebagian besar siswanya selalu melintasi jembatan tersebut, sehingga pemerintah diharapkan, segera bisa mencarikan solusi, agar pada siswa tidak terkendala belajarnya.

Begitu juga petani dan masyarakat lainnya, tetap bisa memanfaatkan lalu lintas tersebut, sebagaimana mestinya.

"Untuk sementara kita akan membuat rakit, untuk bisa menyeberangkan anak-anak yang ingin sekolah," katanya.

Beberapa masyarakat lainnya, berharap pemerintah menyiapkan fery hingga jembatan bisa dibangun kembali sebagaimana mestinya.

Sebelum dibangun jembatan beton, jembatan tersebut merupakan jembatan kayu ulin, yang telah puluhan tahun dimanfaatkan masyarakat sekitar.

Selain jembatan, terdapat jalan alternatif, namun cukup jauh, warga harus memutar dengan jarak tidak kurang diri tiga kilometer.