Rawan jadi korban, penambang tradisional Kotim diedukasi bahaya merkuri

id Rawan jadi korban, penambang tradisional Kotim diedukasi bahaya merkuri,WPR,Lentera Kartini

Rawan jadi korban, penambang tradisional Kotim diedukasi bahaya merkuri

Penambang di wilayah pertambangan rakyat Pudu Jaya Desa Bukit Harapan Kecamatan Parenggean, serius mengikuti penyuluhan bahaya merkuri, Minggu (2/9/2018). (Istimewa)

Sampit (Antaranews Kalteng) - Sangat rentannya penambang emas tradisional di Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah terserang menyakit akibat dampak merkuri, menjadi perhatian serius Lembaga Swadaya Masyarakat Lentera Kartini, untuk membantu mereka.

"Kami dari Lentera Kartini bekerja sama dengan AGC Canada, berupaya memberikan pemahaman kepada penambang emas rakyat tentang bahaya merkuri. Harapannya agar mereka bisa menjalankan penambangan emas yang sehat dan ramah lingkungan," kata Ketua Lentera Kartini, Forisni Aprilista di Sampit, Senin.

Lentera Kartini merupakan lembaga swadaya masyarakat yang fokus pada perlindungan perempuan dan anak. Selain pendampingan kasus hukum seperti kekerasan dalam rumah tangga, mereka juga gencar memperjuangkan nasib dan hak perempuan serta anak-anak, tidak terkecuali yang tinggal di lokasi pertambangan rakyat.

Seperti akhir pekan tadi, aktivis Lentera Kartini melakukan penyuluhan di lokasi wilayah penambangan rakyat Pudu Jaya Desa Bukit Harapan Kecamatan Parenggean tentang bahaya merkuri. Penyuluhan diikuti sekitar 40 peserta yang selama ini beraktivitas di lokasi pertambangan yang dibuka sejak 22 Mei 2015 lalu tersebut.

Untuk melaksanakan kegiatan ini, Lentera Kartini bekerja sama dengan Artisanal Gold Council (AGC) dalam Program Emas Rakyat Sejahtera(PERS) yang didanai oleh Global Affairs Canada (GAC). Untuk jangka panjang, kegiatan juga dilakukan pada bidang lain seperti pendidikan, ekonomi masyarakat dan lainnya.

Para aktivis perempuan itu prihatin karena setiap hari penambang bersentuhan dengan lingkungan yang tercemar merkuri karena zat itu digunakan dalam proses penambangan. Zat berbahaya itu kini bahkan mulai memicu penyakit kulit yang diderita warga.

Di lokasi itu, perempuan ikut bekerja membantu menambah penghasilan suami, maupun untuk menghidupi keluarga karena menjadi tulang punggung keluarga. Yang menyedihkan, di lokasi itu juga terdapat banyak anak usia sekolah yang dikhawatirkan terkena dampak buruk.

"Langkah yang kami lakukan ini juga sejalan dengan program Presiden dalam rencana aksi nasional bebas merkuri. Nanti juga akan ada bantuan mesin agar penambang tidak lagi menggunakan merkuri dalam proses penambangan emas ini," kata Forisni.

Sementara itu, dr Ratna Yuniarti yang menjadi narasumber penyuluhan menjelaskan, merkuri merupakan bahan beracun dan berbahaya. Merkuri menimbulkan dampak bagi kesehatan seperti gangguan pernafasan, sesak nafas, nyeri dada, gangguan pencernaan, muntah, diare hingga nyeri perut.

Merkuri juga sangat berbahaya bagi perempuan yang sedang hamil. Zat keras itu bisa memicu kecacatan bagi bayi yang dilahirkan nantinya.

"Terpapar merkuri dalam waktu lama bisa berakibat fatal bagi manusia, seperti terganggunya sistem saraf, jantung, hati, pendengaran, penglihatan, tremor dan kelumpuhan. Makanya harus dihindari," kata Ratna.

Ratna berharap penyuluhan tersebut membawa penyadartahuan bagi masyarakat tentang bahaya merkuri. Tujuannya agar masyarakat, khususnya penambang bisa mencegah zar berbahaya tersebut.

Mesin bantuan yang diberikan nantinya diharapkan dapat menciptakan penambangan yang sehat dan ramah lingkungan. Dukungan dan perhatian pemerintah juga sangat penting terhadap nasib dan kesejahteraan penambang.