New York (Antaranews Kalteng) - Saham-saham pada Bursa Wall Street turun tajam pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), menyusul pemangkasan perkiraan pendapatan kuartal pertama Apple dan data ekonomi suram, memicu kekhawatiran perlambatan pertumbuhan ekonomi global.
Indeks Dow Jones Industrial Average jatuh secara dramatis sebesar 600,02 poin atau 2,83 persen, menjadi ditutup di 22.686,49 poin.
Indeks S&P 500 merosot 62,14 poin atau 2,48 persen, menjadi berakhir di 2.447,89 poin. Indeks Komposit Nasdaq juga anjlok 202,43 poin atau 3,04 persen, menjadi ditutup di 6.463,50 poin.
Saham Apple anjlok mendekati 10 persen pada jam penutupan, membebani Dow Jones Industrial Average yang sedang bertarung melawan penurunan lebih dari 300 poin dan membukukan kerugian satu hari terbesar dalam enam tahun terakhir.
Apple merevisi perkiraan pendapatan pada kuartal pertama tahun fiskal 2019 lebih rendah menjadi 84 miliar dolar AS, CEO Tim Cook mengumumkan dalam sebuah surat kepada para investor pada Rabu (2/1) seperti dikutip Xinhua.
Angka tersebut, penurunan tajam dari panduan sebelumnya di kisaran 89-93 miliar dolar AS, adalah pemangkasan perkiraan pertama dalam lebih dari 15 tahun.
Cook mengaitkan sebagian besar panduan perusahaan tentang penurunan pendapatan dengan menurunnya penjualan di iPhone, Mac, dan iPad, penyusutan toko-toko ritel dan mitra-mitra penyaluran di China.
Saham Bristol-Myers Squibb juga merosot lebih dari 13 persen, menyusul berita bahwa perusahaan farmasi AS berencana untuk membeli saingannya Celgene, sebuah perusahaan bioteknologi AS, sekitar 74 miliar dolar AS.
Sebaliknya, saham Celgene melonjak lebih dari 20 persen pada akhir perdagangan.
Saham Delta Air Lines juga menukik sekitar 8,9 persen setelah maskapai penerbangan AS itu menurunkan prediksi pendapatannya pada kuartal keempat 2018.
Saham Boeing juga turun hampir 4,0 persen, memimpin penurunan Dow.
Sembilan dari 11 sektor S&P 500 utama turun, dengan sektor teknologi informasi merosot lebih dari lima persen, memimpin penurunan. Sektor industri menempati peringkat kedua dengan penurunan hampir dua persen.
Di sisi ekonomi, investor mencerna data suram terkait ekonomi AS, memicu kegelisahan atas surutnya kegiatan ekonomi di tahun baru.
Indeks manufaktur ISM turun menjadi 54,1 pada Desember, level terendah sejak November 2016, yang lebih lemah dari ekspektasi pasar dan turun dari 59,3 pada November, menurut laporan terbaru.
Indeks, yang dikeluarkan oleh Institute for Supply Management (ISM), secara luas dianggap sebagai indikator untuk laju ekspansi kegiatan ekonomi di sektor manufaktur. ISM yang berbasis di AS adalah asosiasi manajemen pasokan nirlaba terbesar di dunia.
Pasar tenaga kerja AS juga tetap tertatih-tatih untuk mempertahankan kekuatannya dengan meningkatnya klaim pengangguran mingguan dan gaji (payrolls) swasta.
Jumlah orang Amerika yang mengajukan tunjangan pengangguran mencapai 231.000 dengan peningkatan yang disesuaikan secara musiman 10.000 untuk pekan yang berakhir 29 Desember, kata Departemen Tenaga Kerja pada Kamis (3/1).
Mengimbangi dampak yang mengkhawatirkan, penggajian swasta naik 271.000 pekerjaan pada Desember, lebih tinggi dari peningkatan November 157.000 pekerjaan, menurut Laporan Ketenagakerjaan Nasional ADP pada Kamis (3/1).