Benarkah kanker tidak bisa sembuh total?

id kanker,sembuh total,penyakit

Benarkah kanker tidak bisa sembuh total?

Ilustrasi kanker. (Foto: Shutterstock)

Jakarta (Antaranews Kalteng) - Dalam dunia medis penderita kanker yang sudah menjalani terapi dan menurut hasil evaluasi tubuhnya sudah tidak lagi mengandung sel kanker disebut berada dalam masa remisi, yang maknanya berbeda dengan sembuh total menurut Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof Dr Ari Fahrial Syam.

"Apa yang dimaksud dengan remisi yakni pasien kanker tersebut sudah diterapi dan sudah dievaluasi bahwa pasien tersebut tidak mengandung sel kanker lagi di dalam tubuhnya atau kita sebut remisi. Pada masa remisi tersebut si pasien harus tetap kontrol secara teratur dan tetap menjaga tubuhnya agar selalu sehat. Istilah remisi berbeda dengan sembuh total," katanya di Jakarta, Jumat.

Secara psikologis, ia menjelaskan, istilah remisi menjadi pengingat bagi pasien untuk memeriksakan kondisi mereka secara teratur dan menerapkan gaya hidup sehat, seperti dengan istirahat cukup, menghindari stres, menjaga makan, dan memperbanyak konsumsi sayur dan buah, yang mengandung anti-oksidan untuk menetralkan racun di dalam tubuh.

Baca juga: Benarkah pasien kanker berisiko kena herpes zoster?

Penderita kanker nasofaring misalnya, menurut dokter sebaiknya menghindari makanan yang asin serta rokok dan alkohol.

"Kontrol teratur juga tetap dilakukan karena pasien yang remisi dari suatu kanker berisiko untuk menderita kanker kembali," kata Ari.

Stadium Empat

Prof Ari menjelaskan pula bahwa saat kanker sudah mencapai Stadium Empat, perjalanan kanker sudah lanjut dan menyebar ke organ lain seperti paru, liver atau otak.

"Kanker Stadium Empat juga berhubungan dengan tingkat ketahanan yang rendah. Hitungan tingkat ketahanan berhubungan dengan bertahan hidupnya seseorang dengan penyakit kankernya," jelas dia.

Baca juga: Lemak yang bisa berkembang jadi kanker

Terapi bagi pasien yang kankernya sudah mencapai Stadium Empat biasanya bersifat paliatif supportif, antara lain untuk mengurangi nyeri akibat kanker, memperbaiki nafsu makan, mengurangi mual dan muntah. Terapi paliatif para prinsipnya ditujukan untuk mengurangi dampak kanker.

Pada praktiknya dokter tidak bisa menyebut berapa lama seorang bisa bertahan hidup dengan kanker yang dia derita, hanya bisa memperkirakan tingkat ketahanannya.

"Tetapi mengetahui angka survival rate juga bisa membuat pasien kanker lengah. Misal seseorang yang diketahui hanya menderita kanker stadium satu yang sudah diobati menjadi lengah karena merasa harapan hidupnya lebih baik dan meninggalkan gaya hidup sehat dan tidak kontrol," katanya.

Baca juga: Penyakit kanker yang banyak ditemui di Indonesia
Baca juga: Jenis kanker yang sering menyerang anak-anak