Lengan buatan dari siswa SMP untuk bantu kaum difabel
Jakarta (ANTARA) - Siswa SMP Negeri 1 Tasikmalaya, Jawa Barat, Alwan Hanif Ramadhan berhasil mengembangkan perangkat lengan buatan "Affordable Smart Prosthetic Arm" untuk kebutuhan kaum difabel agar mempermudah mereka melakukan kegiatan sehari-hari.
"Saya membuat tangan ini karena sebagian banyak orang yang butuh alat ini berada di perekonomian rendah, mereka enggak bisa membeli alat yang harganya ribuan atau puluhan ribu dolar AS," kata Alwan dalam diskusi Millenial Talks: Inspiring Science Generation di Pusat Data dan Dokumentasi Ilmiah (PDDI) LIPI, Jakarta, Senin.
Dengan harga yang tidak lebih dari Rp300.000, Alwan berhasil membuat perangkat lengan buatan tersebut agar lebih mudah dijangkau oleh penyandang disabilitas yang sering terkendala biaya untuk mendapatkan alat semacam itu.
"Semua anak Indonesia yang punya kebutuhan khusus bisa menggunakan tangan ini dengan harga yang lebih murah, yakni Rp300 ribu sehingga mereka bisa enggak tergantung sama orang lain," ujarnya.
Alat tersebut terbuat dari karet dan aluminium foil dan dilengkapi sensor untuk mendeteksi tekanan.
Alat itu juga dilengkapi dengan sensor suhu sehingga mengetahui temperatur sesuatu seperti suhu dalam ruangan.
Alat tersebut menggunakan daya melalui power bank dan bisa bertahan selama 12 jam.
Alat itu juga tahan terhadap panas hingga 190 derajat Celcius dan bisa bergerak sampai 150 derajat.
Sementara itu, dalam diskusi yang sama, peneliti Pusat Penelitian Kimia LIPI Ajeng Arum Sari memotivasi anak-anak muda untuk mencintai dan melestarikan lingkungan.
"Pemuda jadi agen perubahan masa datang. Oleh karena itu, kita butuh kontibusi anak muda untuk kelestarian lingkungan," ujarnya.
Ajeng menuturkan hal yang paling mudah dilakukan generasi milenial untuk menjaga kelestarian lingkungan adalah dengan gaya hidup ramah lingkungan seperti mengganti kantong plastik dengan kantong yang dapat digunakan kembali, serta tidak menggunakan botol plastik sekali pakai tapi dapat menggantinya dengan botol minuman yang dapat dipakai berulang kali.
"Saya membuat tangan ini karena sebagian banyak orang yang butuh alat ini berada di perekonomian rendah, mereka enggak bisa membeli alat yang harganya ribuan atau puluhan ribu dolar AS," kata Alwan dalam diskusi Millenial Talks: Inspiring Science Generation di Pusat Data dan Dokumentasi Ilmiah (PDDI) LIPI, Jakarta, Senin.
Dengan harga yang tidak lebih dari Rp300.000, Alwan berhasil membuat perangkat lengan buatan tersebut agar lebih mudah dijangkau oleh penyandang disabilitas yang sering terkendala biaya untuk mendapatkan alat semacam itu.
"Semua anak Indonesia yang punya kebutuhan khusus bisa menggunakan tangan ini dengan harga yang lebih murah, yakni Rp300 ribu sehingga mereka bisa enggak tergantung sama orang lain," ujarnya.
Alat tersebut terbuat dari karet dan aluminium foil dan dilengkapi sensor untuk mendeteksi tekanan.
Alat itu juga dilengkapi dengan sensor suhu sehingga mengetahui temperatur sesuatu seperti suhu dalam ruangan.
Alat tersebut menggunakan daya melalui power bank dan bisa bertahan selama 12 jam.
Alat itu juga tahan terhadap panas hingga 190 derajat Celcius dan bisa bergerak sampai 150 derajat.
Sementara itu, dalam diskusi yang sama, peneliti Pusat Penelitian Kimia LIPI Ajeng Arum Sari memotivasi anak-anak muda untuk mencintai dan melestarikan lingkungan.
"Pemuda jadi agen perubahan masa datang. Oleh karena itu, kita butuh kontibusi anak muda untuk kelestarian lingkungan," ujarnya.
Ajeng menuturkan hal yang paling mudah dilakukan generasi milenial untuk menjaga kelestarian lingkungan adalah dengan gaya hidup ramah lingkungan seperti mengganti kantong plastik dengan kantong yang dapat digunakan kembali, serta tidak menggunakan botol plastik sekali pakai tapi dapat menggantinya dengan botol minuman yang dapat dipakai berulang kali.