Banjir di Katingan sulit dicegah, kata Legislator Kalteng

id dprd kalimantan tengah,dprd kalteng,sriosako,banjir di katingan,anggota komisi a dprd kalteng

Banjir di Katingan sulit dicegah, kata Legislator Kalteng

Anggota Komisi A DPRD Kalteng Sriosako. (Foto Antara Kalteng/Jaya W Manurung)

Palangka Raya (ANTARA) - Legislator Kalimantan Tengah Sriosako menganggap banjir yang melanda sejumlah desa di Kabupaten Katingan sudah terjadi sejak dahulu dan sulit untuk dicegah, sehingga pemerintah provinsi maupun kabupaten lebih baik fokus dan mengoptimalkan penanganan serta memberikan bantuan kepada masyarakat sekitar.

"Saya berani menyatakan itu karena lahir di desa sekitar Tumbang Samba, Kabupaten Katingan. Jadi tahu persis bagaimana kondisi di sana. Masyarakat di sana pun sebenarnya sudah terbiasa dengan banjir tersebut," kata Sriosako di Palangka Raya, Selasa.

Anggota Komisi A DPRD Kalteng itu bercerita bahwa dahulu setiap rumah di sejumlah desa di Kabupaten Katingan memiliki perahu bermesen, sehingga ketika terjadi banjir, aktivitas warga tidak terlalu mengalami kendala. Namun, seiring berjalannya waktu dan mulai adanya jalan beraspal, tidak semua lagi masyarakat memiliki perahu bermesin dan menggantinya dengan kendaraan bermotor.

Dia mengatakan ketiadaan perahu bermesin tersebutlah yang membuat masyarakat di sejumlah desa mulai kesusahan beraktivitas saat terjadi banjir. Hal itulah kenapa pemerintah provinsi Kalteng maupun Kabupaten Katingan harus lebih mengoptimalkan pemberian bantuan dibandingkan melakukan pencegahan.

"Desa di Kabupaten Katingan memang kebanyakan berada di pinggir sungai. Jadi, ketika air dari sungai meninggi, sejumlah desa mengalami kebanjiran. Tapi, banjir itu biasanya tidak lama. Bisa satu satu dua hari kemudian kembali surut," beber Sriosako.

Baca juga: Raperda buka lahan dengan cara bakar dikonsultasikan ke kemendagri

Menurut wakil rakyat Kalteng dari daerah pemilihan I meliputi Kota Palangka Raya, Kabupaten Katingan dan Gunung Mas itu, salah satu faktor terjadinya banjir di Kabupaten Katingan, diduga karena tingginya curah hujan di wilayah hulu, sehingga dapat disimpulkan bahwa Kabupaten Katingan hanya terkena imbas dari tingginya curah hujan tersebut.

Dia mengatakan terjadinya pembukaan hutan untuk lahan perkebunan maupun perkebunan, sebenarnya tidak menjadi pemicu terjadinya banjir. Sebab, sejak dahulu kala hutan di sekitar Kabupaten Katingan masih terjaga, banjir tetap terjadi.

"Itulah mengapa saya katakan, masyarakat di sana sudah terbiasa dengan yang namanya banjir," demikian politisi dari Fraksi Partai Demokrat itu.

Baca juga: Tuntaskan raperda inisiatif perlindungan Adat Dayak, kata Freddy Ering