Jakarta (ANTARA) - Sindrom kematian mendadak pada bayi alias sudden infant death syndrome (SIDS) adalah kematian mendadak pada bayi yang berusia di bawah 1 tahun tanpa ada gejala-gejala terlebih dahulu.
Kejadian ini lebih sering menimpa bayi lahir prematur, berjenis kelamin laki-laki, juga bayi pada usia 2-4 bulan.
Dokter Tjin Willy dari Alodokter mengatakan sebagian besar kematian terjadi ketika bayi sedang tertidur, tapi tidak menutup kemungkinan bahwa kematian juga dapat terjadi saat bayi tidak sedang tidur.
"Penyebab pasti SIDS belum diketahui," ujar dia seperti dikutip dari keterangan resmi, Minggu.
Namun ada beberapa faktor yang diduga jadi penyebab kematian mendadak pada bayi, di antaranya adalah gangguan pada otak, berat badan lahir rendah, mutasi atau kelainan gen, infeksi paru.
Selain itu, potensi bayi mengalami sindrom ini juga bisa dipengaruhi oleh kondisi tidur. Dia mengatakan risiko SIDS meningkat jika bayi tidur menyamping atau dalam posisi telungkup.
"Posisi tersebut dapat membuat bayi sulit bernapas, terutama jika ditidurkan pada permukaan atau kasur yang terlalu empuk."
Oleh karena itu, sebaiknya tidurkan bayi pada posisi telentang, setidaknya pada tahun pertamanya. Hindari pula menggunakan tempat tidur terlalu tebal dan empuk. Jauhkan segala hal yang bisa mengganggu pernafasan seperti bantal atau mainan empuk di boks bayi.
Ketika bayi berbagi tempat tidur dengan orangtua, potensi ini juga meningkat karena bisa muncul kejadian tak disengaja yang memicu anak sulit bernafas, misalnya terhalang atau tertindih.
Sebaiknya orangtua dan bayi punya tempat tidur berbeda di ruangan yang sama. Orangtua bisa tetap mengawasi dan menghindari kejadian di luar kendali yang memicu SIDS.
Suhu ruang terlalu panas saat bayi tidur juga dipercaya bisa meningkatkan risiko.
Berikan bayi pakaian yang mampu menjaga suhu tubuh agar tetap hangat, tanpa harus dibalut lagi dengan kain atau selimut tambahan. Hindari juga menyelimuti kepala bayi dengan benda apa pun.
Bukan cuma itu, risiko kematian ini diduga bisa dipengaruhi juga oleh faktor yang berasal dari ibu selama kehamilan, seperti hamil saat berusia di bawah 20 tahun, merokok saat hamil, mengonsumsi alkohol dan NAPZA selama mengandung, hingga tidak rutin mengontrol kehamilan ke fasilitas kesehatan.
Sebisa mungkin berikan ASI pada bayi, setidaknya enam bulan pertama.
Orangtua yang mengalami kejadian ini pasti menghadapi rasa sedih mendalam. Untuk memulihkan suasana hati dan mental, sebaiknya orangtua bercerita dan mengekspresikan perasaan pada orang terdekat atau kelompok yang memiliki kejadian serupa.
Dokter mengatakan orangtua harus yakin rasa kehilangan dan sedih ini bisa membaik seiring berjalannya waktu. Bila perlu, konsultasi pada psikolog atau psikiater untuk mencari metode tepat dalam memulihkan diri.
Berita Terkait
Puskesmas Kurun edukasi pentingnya ASI eksklusif melalui inovasi 'Ela Laya'
Jumat, 6 Desember 2024 13:53 Wib
waspadai mencium bayi bisa mendatangkan risiko infeksi
Senin, 25 November 2024 13:49 Wib
Berikut cara tepat merawat kulit bayi yang baru lahir
Selasa, 12 November 2024 18:02 Wib
Benarkah bayi baru lahir bisa kenali pola bunyi kompleks?
Senin, 28 Oktober 2024 17:54 Wib
Polisi amankan 'babysitter' cekoki bayi dengan obat penggemuk badan
Selasa, 15 Oktober 2024 16:29 Wib
Kasus temuan mayat bayi di Kotim libatkan anak di bawah umur
Senin, 14 Oktober 2024 19:55 Wib
Kemensos pindahkan seorang bayi kasus dugaan pelecehan di panti asuhan
Selasa, 8 Oktober 2024 12:51 Wib
Mengenal kista duktus koledokus yang jadi penyebab bayi lahir kuning
Rabu, 14 Agustus 2024 16:34 Wib