Palangka Raya (ANTARA) - Sejumlah relawan yang tergabung di Gerakan Lawan Asap menyarankan agar seluruh sekolah di Provinsi Kalimantan Tengah, menerapkan desain ruang sehat tolak asap sebagai upaya mencegah anak-anak terpapar kabut asap.
Konsep tersebut perlu diterapkan karena kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di provinsi ini nyaris terjadi setiap tahun, kata perwakilan Gerakan Lawan Asap Trisia Karolina saat peluncuran RSTA di SD Negeri 6 Palangka Raya, Kamis.
"Karhutla itu menghasilkan kabut asap yang mengandung partikulat-partikulat halus. Apabila dihirup oleh manusia secara terus-menerus, maka akan sangat berbahaya bagi kesehatan," ucapnya.
Dikatakan, anak-anak termasuk kelompok yang paling rentan terhadap bahaya asap tersebut. Untuk itu, perlu ada tindakan melindungi anak-anak dari paparan asap, khususnya saat melakukan aktivitas belajar di sekolah.
Tri mengatakan langkah untuk melindungi tersebut, anak-anak perlu dilatih mengunakan masker dan ruangan sekolah dimodifikasi agar aman dari asap. Salah satu cara modifikasi itu dengan menerapkan desain RSTA.
Baca juga: Jam belajar sekolah Palangka Raya dimundurkan karena kabut asap
"Desain RSTA itu dibuat dengan bimbingan dari Prof Zeily Nurachman dari Jurusan Kimia ITB. Kemudian desain RSTA itu dimodifikasi Gerakan Lawan Asap agar menekan biaya dan tetap memperhatikan estetika," beber dia.
Adapun desain RSTA itu hanya memerlukan kain planel atau dacron penutup lubang ventilasi maupun jendela yang terbuka, kipas angin, aquarium sederhana lengkap dengan airator dan bak, alat penyemprot air ke udara, serta hygrometer atau alat pengukur suhu dan kelembapan.
Dia mengatakan dalam kondisi kabut asap seperti sekarang, sangat penting menjaga suhu ruangan tetap 27-28 derajat celcius dan kelembapan berkisar 50-70 persen. Cara menjaga itulah desain RSTA ditawarkan kepada sekolah-sekolah di Kalteng agar diterapkan.
"Kami sudah hitung, biaya untuk menerapkan RSTA itu hanya berkisar Rp900 ribu per ruangan. Tidak terlalu mahal, tapi salah satu cara efektif melindungi anak-anak terhindar dari bahaya asap," demikian Tri.
Baca juga: Kualitas udara Sampit kembali berbahaya
Baca juga: Dinkes sebut Buntok alami penurunan kualitas udara