Dua sekolah di Kotim jadi Sekolah Siaga Kependudukan
Sampit (ANTARA) - Dua sekolah di Kabupaten Kotawaringin Timur Kalimantan Tengah ditetapkan menjadi Sekolah Siaga Kependudukan untuk memberikan pengetahuan sejak dini kepada pelajar tentang kependudukan.
"Semoga kedepannya mereka (pelajar) mengerti bagaimana mengutamakan pendidikan daripada merencanakan pernikahan yang masih dalam usia muda. Berkeluarga jangan menikah dini," kata Kepala Bidang Advokasi, Penggerakan dan Informasi BKKBN Kalimantan Tengah Dison di Sampit, Senin.
Dua sekolah di Kotawaringin Timur yang ditetapkan menjadi Sekolah Siaga Kependudukan adalah SMP Negeri 3 Sampit dan Madrasah Aliyah Negeri Sampit. Dua sekolah ini dipilih karena melihat berbagai prestasi yang diraih muridnya di bidang yang terkait dengan kependudukan.
Dalam program Sekolah Siaga Kependudukan ini, tidak ada mata pelajaran baru yang disampaikan. Namun, setiap mata pelajaran diintegrasikan dengan informasi dan pengetahuan yang berkaitan tentang kependudukan.
Selain itu, pihak sekolah juga menyiapkan pondok baca yang isinya lebih banyak buku-buku tentang kependudukan seperti terkait kesehatan reproduksi, bahaya narkoba, keluarga berencana dan lainnya. Tidak hanya bagi pelajar, orangtua yang hendak menjemput anak mereka pun boleh membaca buku-buku tersebut.
Menurut Dison, penting memberikan pengetahuan tentang kependudukan kepada anak sejak dini, seperti terkait dampak kurang baik pergaulan bebas dan pernikahan dini. Harapannya, pelajar akan memiliki pemahaman yang baik sehingga mereka bisa mengambil langkah yang benar dalam mempersiapkan masa depan mereka.
Usia menikah ideal bagi perempuan adalan 21 tahun, sedangkan laki-laki berusia 25 tahun. Di usia itu, laki-laki dan perempuan dinilai sudah siap untuk berkeluarga dan memikul tanggung jawab sebagai suami maupun istri.
"Kami berterima kasih karena dukungan pemerintah daerah selama ini cukup bagus dan diharapkan ditingkatkan. Kotawaringin Timur beberapa kali meraih juara terkait program KKBPK (kependudukan, keluarga berencana dan pembangunan keluarga) dan diharapkan menjadi contoh bagi kabupaten lain," kata Dison.
Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kotawaringin Timur Hj Ellena Rosie mengatakan, melalui program ini, pelajar diberi pembelajaran kependudukan seperti upaya menekan angka kelahiran bayi, kematian ibu dan lainnya bersangkutan dengan kependudukan.
"Harapannya agar anak-anak mendapat pemahaman dari awal bahwa kualitas yang diutamakan dalam keluarga, bukan kuantitas atau jumlah anak," kata Rosie.
Baca juga: Tanah Mas jadi Kampung KB Percontohan di Kalteng
Baca juga: Program Kampung KB bantu percepat kemajuan desa
Rosie menambahkan, tahun ini dua sekolah ditetapkan menjadi Sekolah Siaga Kependudukan. Dia berharap tahun-tahun berikutnya akan ada sekolah lainnya yang ditetapkan menjadi Sekolah Siaga Kependudukan sehingga makin banyak pelajar yang mendapat pemahaman yang benar tentang kependudukan.
Kepala SMP Negeri 3 Sampit Siti Hadijah mengatakan, Juni lalu pihaknya mengikuti pelatihan tentang kependudukan. Hal itulah yang membuat pihaknya antusias ketika dipilih dan ditetapkan menjadi Sekolah Siaga Kependudukan.
"Sekolah berpartisipasi untuk melaksanakan, menciptakan dan menghasilkan penduduk berkualitas. Harapannya, tidak ada pergaulan yang menghasilkan penduduk tidak berkualitas atau lahir tidak pada waktunya," kata Hadijah.
Hadijah menambahkan, sekolah yang dipimpinnya sudah bekerjasama dengan Puskesmas dan Dinas Kesehatan terkait penyuluhan rutin kesehatan reproduksi. Hadijah berharap kerjasama dan dukungan semua pihak dapat menghasilkan manusia berkualitas, berkarakter dan cerdas.
Baca juga: Ini penjelasan korelasi penggunaan kontrasepsi dengan keluarga bahagia
"Semoga kedepannya mereka (pelajar) mengerti bagaimana mengutamakan pendidikan daripada merencanakan pernikahan yang masih dalam usia muda. Berkeluarga jangan menikah dini," kata Kepala Bidang Advokasi, Penggerakan dan Informasi BKKBN Kalimantan Tengah Dison di Sampit, Senin.
Dua sekolah di Kotawaringin Timur yang ditetapkan menjadi Sekolah Siaga Kependudukan adalah SMP Negeri 3 Sampit dan Madrasah Aliyah Negeri Sampit. Dua sekolah ini dipilih karena melihat berbagai prestasi yang diraih muridnya di bidang yang terkait dengan kependudukan.
Dalam program Sekolah Siaga Kependudukan ini, tidak ada mata pelajaran baru yang disampaikan. Namun, setiap mata pelajaran diintegrasikan dengan informasi dan pengetahuan yang berkaitan tentang kependudukan.
Selain itu, pihak sekolah juga menyiapkan pondok baca yang isinya lebih banyak buku-buku tentang kependudukan seperti terkait kesehatan reproduksi, bahaya narkoba, keluarga berencana dan lainnya. Tidak hanya bagi pelajar, orangtua yang hendak menjemput anak mereka pun boleh membaca buku-buku tersebut.
Menurut Dison, penting memberikan pengetahuan tentang kependudukan kepada anak sejak dini, seperti terkait dampak kurang baik pergaulan bebas dan pernikahan dini. Harapannya, pelajar akan memiliki pemahaman yang baik sehingga mereka bisa mengambil langkah yang benar dalam mempersiapkan masa depan mereka.
Usia menikah ideal bagi perempuan adalan 21 tahun, sedangkan laki-laki berusia 25 tahun. Di usia itu, laki-laki dan perempuan dinilai sudah siap untuk berkeluarga dan memikul tanggung jawab sebagai suami maupun istri.
"Kami berterima kasih karena dukungan pemerintah daerah selama ini cukup bagus dan diharapkan ditingkatkan. Kotawaringin Timur beberapa kali meraih juara terkait program KKBPK (kependudukan, keluarga berencana dan pembangunan keluarga) dan diharapkan menjadi contoh bagi kabupaten lain," kata Dison.
Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kotawaringin Timur Hj Ellena Rosie mengatakan, melalui program ini, pelajar diberi pembelajaran kependudukan seperti upaya menekan angka kelahiran bayi, kematian ibu dan lainnya bersangkutan dengan kependudukan.
"Harapannya agar anak-anak mendapat pemahaman dari awal bahwa kualitas yang diutamakan dalam keluarga, bukan kuantitas atau jumlah anak," kata Rosie.
Baca juga: Tanah Mas jadi Kampung KB Percontohan di Kalteng
Baca juga: Program Kampung KB bantu percepat kemajuan desa
Rosie menambahkan, tahun ini dua sekolah ditetapkan menjadi Sekolah Siaga Kependudukan. Dia berharap tahun-tahun berikutnya akan ada sekolah lainnya yang ditetapkan menjadi Sekolah Siaga Kependudukan sehingga makin banyak pelajar yang mendapat pemahaman yang benar tentang kependudukan.
Kepala SMP Negeri 3 Sampit Siti Hadijah mengatakan, Juni lalu pihaknya mengikuti pelatihan tentang kependudukan. Hal itulah yang membuat pihaknya antusias ketika dipilih dan ditetapkan menjadi Sekolah Siaga Kependudukan.
"Sekolah berpartisipasi untuk melaksanakan, menciptakan dan menghasilkan penduduk berkualitas. Harapannya, tidak ada pergaulan yang menghasilkan penduduk tidak berkualitas atau lahir tidak pada waktunya," kata Hadijah.
Hadijah menambahkan, sekolah yang dipimpinnya sudah bekerjasama dengan Puskesmas dan Dinas Kesehatan terkait penyuluhan rutin kesehatan reproduksi. Hadijah berharap kerjasama dan dukungan semua pihak dapat menghasilkan manusia berkualitas, berkarakter dan cerdas.
Baca juga: Ini penjelasan korelasi penggunaan kontrasepsi dengan keluarga bahagia