Jakarta (ANTARA) - Lapisan kulit terluar, epidermis, terdiri dari sel-sel kulit mati hasil dari regenerasi yang berlangsung setiap dua hingga empat minggu.
Kulit mati tak bisa hilang dengan sendirinya. Itu sebabnya eksfoliasi alias pengelupasan kulit amat penting dilakukan untuk mengangkat sel-sel kulit mati sehingga merangsang pembentukan sel kulit baru.
Salah satu metode eksfoliasi yang kerap dilakukan di rumah adalah menggosok kulit dengan skrub (scrubbing).
Selain membantu mengangkat kulit mati dan kotoran yang menyumbat pori-pori sekaligus membukanya, scrubbing memungkinkan kulit untuk bernapas dan menyerap nutrisi dari produk kecantikan yang nantinya diaplikasikan.
Namun seberapa sering kita bisa melakukan skrub wajah?
Dermatolog dr. Nana Novia Jayadi, Sp.KK mengatakan scrubbing tidak boleh dilakukan setiap hari karena bisa merusak kulit.
"Penggunaan scrub bertujuan untuk mengangkat sel kulit mati di permukaan kulit sehingga kulit tampak lebih cerah. Tetapi apabila dilakukan secara berlebihan, proses eksfoliasi ini justru dapat merusak barier kulit sehingga menyebabkan kulit kering, iritasi, kemerahan hingga memicu timbulnya jerawat," kata dr Nana kepada Antara di Jakarta, Kamis.
Scrubbing berlebihan juga bisa menyebabkan kulit jadi lebih mudah keriput karena efek kulit kering.
Ketimbang menggosok kulit wajah dengan skrub setiap hari, ia menyarankan untuk mencuci wajah dua kali sehari dengan sabun wajah khusus.
"Pilihlah sabun pembersih wajah yang busanya seminimal mungkin pula terutama bagi yang kulitnya sensitif. Busa mengandung detergen. Semakin banyak detergen, akibatnya kulit menjadi kering dan terasa keset. Itu biasanya sensasi yang disukai, padahal sebaiknya dihindari," katanya.