Gapki : Perlu adanya riset kelapa sawit yang berkelanjutan
Bali (ANTARA) - Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) menyampaikan bahwa perlu adanya riset yang berhubungan dengan kelapa sawit berkelanjutan. Khususnya dalam hal pengembangan hasil produksi sawit untuk masa mendatang.
Hal itu disampaikan Ketua Umum Gapki Joko Supriyono, di Nusa Dua, Bali, Kamis ketika menandatangani kerjasama dengan Institut Pertanian Stiper (Instiper) Yogyakarta dalam rangkaian acara Indonesian Palm Oil Conference (IPOC) 2019.
Pihaknya menyambut baik adanya perguruan tinggi swasta yang mau memfokuskan penelitiannya terhadap hasil perkebunan kelapa sawit, khususnya dalam rangka menciptakan varietas bibit unggul tanaman tersebut.
Baca juga: Produktivitas sawit berdampak terhadap kesejahteraan masyarakat
Menurutnya, kerjasama Gapki itu bukan yang pertama kalinya, beberapa waktu sebelumnya juga telah melakukan kerjasama dan menandatangani MoU dengan Institut Pertanian Bogor.
Ia mengatakan, untuk mencapai industri sawit yang berkelanjutan perlu adanya triple helix model yaitu kerja sama yang baik antara industri, pemerintah, dan universitas.
“Universitas merupakan wadah paling strategis untuk mengembangkan sawit berkelanjutan apalagi instiper yang memang pusatnya SDM perkebunan,” ujarnya.
Baca juga: Gapki minta aturan peralatan damkar ditinjau ulang
Sementara itu, Rektor Instiper Dr. Ir Harsawardana, M. Eng., mengatakan bahwa institut pertanian yang telah berdiri sejak 61 tahun lalu tersebut, telah mencetak 14.500 alumni yang sudah bekerja di seluruh perkebunan. Hal itu bukti yang sangat kuat bahwa Instiper mengenal kebutuhan perkebunan Sawit.
“Kesempatan Ini merupakan penghargaan besar bagi kami dipercaya Gapki untuk bekerja sama berkontribusi bagi industri sawit berkelanjutan terlebih untuk Indonesia” ujarnya.
Ditambahkannya, Instiper memang dibentuk untuk memenuhi tenaga kerja berkualitas yang dapat memenuhi kebutuhan industri perkebunan terutama industri sawit.
Baca juga: Tarian etnik Dayak hipnotis peserta IPOC 2019
Baca juga: IPOC 2019 ajang diskusi memproyeksikan harga CPO 2020
Baca juga: Wapres berencana buka konferensi sawit IPOC di Bali
Hal itu disampaikan Ketua Umum Gapki Joko Supriyono, di Nusa Dua, Bali, Kamis ketika menandatangani kerjasama dengan Institut Pertanian Stiper (Instiper) Yogyakarta dalam rangkaian acara Indonesian Palm Oil Conference (IPOC) 2019.
Pihaknya menyambut baik adanya perguruan tinggi swasta yang mau memfokuskan penelitiannya terhadap hasil perkebunan kelapa sawit, khususnya dalam rangka menciptakan varietas bibit unggul tanaman tersebut.
Baca juga: Produktivitas sawit berdampak terhadap kesejahteraan masyarakat
Menurutnya, kerjasama Gapki itu bukan yang pertama kalinya, beberapa waktu sebelumnya juga telah melakukan kerjasama dan menandatangani MoU dengan Institut Pertanian Bogor.
Ia mengatakan, untuk mencapai industri sawit yang berkelanjutan perlu adanya triple helix model yaitu kerja sama yang baik antara industri, pemerintah, dan universitas.
“Universitas merupakan wadah paling strategis untuk mengembangkan sawit berkelanjutan apalagi instiper yang memang pusatnya SDM perkebunan,” ujarnya.
Baca juga: Gapki minta aturan peralatan damkar ditinjau ulang
Sementara itu, Rektor Instiper Dr. Ir Harsawardana, M. Eng., mengatakan bahwa institut pertanian yang telah berdiri sejak 61 tahun lalu tersebut, telah mencetak 14.500 alumni yang sudah bekerja di seluruh perkebunan. Hal itu bukti yang sangat kuat bahwa Instiper mengenal kebutuhan perkebunan Sawit.
“Kesempatan Ini merupakan penghargaan besar bagi kami dipercaya Gapki untuk bekerja sama berkontribusi bagi industri sawit berkelanjutan terlebih untuk Indonesia” ujarnya.
Ditambahkannya, Instiper memang dibentuk untuk memenuhi tenaga kerja berkualitas yang dapat memenuhi kebutuhan industri perkebunan terutama industri sawit.
Baca juga: Tarian etnik Dayak hipnotis peserta IPOC 2019
Baca juga: IPOC 2019 ajang diskusi memproyeksikan harga CPO 2020
Baca juga: Wapres berencana buka konferensi sawit IPOC di Bali