Jakarta (ANTARA) - Hubungan bisnis antara PT Sriwijaya Air (Sriwijaya) dan PT Citilink Indonesia kembali tidak akur karena adanya sejumlah masalah yang membuat keduanya memutuskan untuk tidak melanjutkan kerja sama operasi.
“Kami merujuk pada status terkini kerja sama manajemen antara Sriwijaya dan Citilink, anak usaha Garuda Indonesia. Karena ada sejumlah masalah di mana kedua pihak belum bisa diselesaikan. Dengan berat hati, kami menginformasikan bahwa Sriwijaya melanjutkan bisnisnya sendiri,” kata Direktur Teknik dan Layanan Garuda Iwan Joeniarto dalam keterangannya yang beredar di Jakarta, Kamis.
Dengan demikian, lanjut Iwan, Sriwijaya Air tidak lagi menjadi anggota Garuda Indonesia Group dan hubungan dengan Sriwijaya Group akan kembali berdasarkan business to business (B to B).
Baca juga: Setengah pesawat Sriwijaya tidak laik terbang, kata Kemenhub
Sebelumnya, Garuda Indonesia Group dan Sriwijaya Air Group menjalin kerja sama operasi seiring dengan kondisi keuangan perusahaan maskapai nasional swasta itu yang tidak mendukung.
Dalam prosesnya, pada September hubungan bisnis itu mengalami guncangan yang menyebabkan susunan direksi Sriwijaya dirombak dan mengundurkan diri.
Namun, akhirnya keduanya kembali rujuk dengan alasan mempertimbangkan tiga hal, yakni mengedepankan keselamatan mempertimbangkan kepentingan pelanggan dan menyelamatkan aset negara.
Sebelumnya juga beredar pula rekomendasi penghentian sementara operasional Sriwijaya Air Group oleh Direktur Quality, Safety, dan Security Sriwijaya Air Toto Subandoro kepada Plt Direktur Utama Sriwijaya Air Jefferson I Jauwena.
Baca juga: Penyebab listrik di 'counter check-in' Sriwijaya Air diputus
Dalam surat nomor Nomor: 096/DV/1NT/SJY/1X/2019 tertanggal 29 September 2019, Toto menjelaskan rekomendasi itu diputuskan usai Direktorat Kelaikudaraan dan Pengoperasian Pesawat Udara (DKPPU) Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan yang melakukan pengawasan terhadap keselamatan penerbangan Sriwijaya menemukan adanya ketidaksesuaian pada laporan yang disampaikan perusahaan 24 September 2019 pada DKPPU.
Temuan tersebut adalah bahwa ketersediaan tools, equipment, minimum spare dan jumlah qualified engineer yang ada di perusahaan ternyata tidak sesuai dengan laporan yang tertulis dalam kesepakatan yang dilaporkan kepada Dirjen Perhubungan Udara dan Menteri Perhubungan.
Termasuk bukti bahwa Sriwijaya Air belum berhasil melakukan kerja sama dengan JAS Engineering atau MRO lain terkait dukungan Line Maintenance.
Baca juga: Sriwijaya tambah kapasitas penumpang di Sampit
Baca juga: NAM Air Segera Buka Penerbangan Sampit-Jakarta
Berita Terkait
Penonton sambut positif penerapan Garuda ID di laga kontra Jepang
Jumat, 15 November 2024 19:16 Wib
Relawan Rojikinnor pindah haluan dukung Fairid-Zaini
Minggu, 10 November 2024 21:04 Wib
Sebanyak 281.000 suporter timnas terverifikasi dalam Garuda ID
Jumat, 8 November 2024 17:20 Wib
Ini spesifikasi MV3 Garuda Limousine yang digunakan Prabowo
Minggu, 20 Oktober 2024 19:22 Wib
Pembangunan Istana Negara dan Istana Garuda di IKN karya anak bangsa
Senin, 14 Oktober 2024 10:40 Wib
Indonesia berpeluang besar berjaya di Bahrain
Kamis, 10 Oktober 2024 6:46 Wib
27 skuad Garuda telah lengkap dengan kedatangan Maarten Paes di Bahrain
Rabu, 9 Oktober 2024 8:04 Wib
Garuda Muda hancurkan Maladewa di laga pembuka kualifikasi Piala Asia
Kamis, 26 September 2024 6:14 Wib