Pendistribusian elpiji di Pulang Pisau melalui BUMDes masih wacana
Pulang Pisau (ANTARA) - Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah Kabupaten Pulang Pisau Kalimantan Tengah Elieser Jaya mengatakan, untuk memudahkan masyarakat dalam penyaluran gas elpiji tabung 3 kilogram bersibsidi, ada wacana dari Pertamina untuk menggandeng Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).
“Kami tidak mengetahui apakah wacana yang dicetuskan awal tahun 2019 lalu sudah ditindaklanjuti atau masih berupa wacana,” kata Elieser di Pulang Pisau, Selasa.
Dikatakan Elieser, wacana melibatkan BUMDes dalam penyaluran gas elpiji 3 kilogram yang sering mengalami kelangkaan di tengah masyarakat dan tingginya harga penjualan di atas harga eceran tertinggi (HET) tersebut, sangat disambut baik.
Paling tidak, ini menjadi satu upaya untuk mengatasi permasalahan penyaluran gas elpiji yang dikeluhkan karena selalu habis di setiap pangkalan, sehingga banyak masyarakat yang tidak mendapatkannya.
Terkait rencana pelibatan BUMDes dalam penyaluran gas elpiji ini, menurut Elieser, tidak ada masalah dengan pangkalan. Tujuannya agar peredaran gas elpiji bersubsidi ini bisa menjangkau ke desa-desa terpencil dan menghindari adanya pangkalan yang menjual gas elpiji ke daerah lain untuk memperoleh keuntungan yang lebih besar.
“Namun tetap saja, dalam pengawasan harus tetap dilakukan oleh semua pihak agar potensi penyimpangan bisa terus kita tekan,” ucap Elieser.
Adanya wacana ini tentunya juga harus didukung oleh kesiapan dari BUMDes itu sendiri. Menurut Elieser, dalam praktiknya juga ada persiapan permodalan dari BUMDes agar bisa mengelola penjualan gas elpiji dengan harapan bisa menjangkau di desa-desa terpencil. Meski wacana dari Pertamina ini masih menunggu realisasi atau upaya lain yang tengah dilakukan Pertamina untuk mengatasi sulitnya masyarakat mendapatkan gas elpiji itu.
Elieser juga mengingatkan kepada masyarakat, bahwa gas elpiji tabung 3 kilogram bersubsidi diperuntukkan untuk warga yang tidak mampu. Dirinya berharap, masyarakat yang secara ekonomi menengah ke atas atau mampu, bisa membeli gas elpiji tanpa subsidi karena ini juga berdampak pada ketersediaan gas.
“Kami tidak mengetahui apakah wacana yang dicetuskan awal tahun 2019 lalu sudah ditindaklanjuti atau masih berupa wacana,” kata Elieser di Pulang Pisau, Selasa.
Dikatakan Elieser, wacana melibatkan BUMDes dalam penyaluran gas elpiji 3 kilogram yang sering mengalami kelangkaan di tengah masyarakat dan tingginya harga penjualan di atas harga eceran tertinggi (HET) tersebut, sangat disambut baik.
Paling tidak, ini menjadi satu upaya untuk mengatasi permasalahan penyaluran gas elpiji yang dikeluhkan karena selalu habis di setiap pangkalan, sehingga banyak masyarakat yang tidak mendapatkannya.
Terkait rencana pelibatan BUMDes dalam penyaluran gas elpiji ini, menurut Elieser, tidak ada masalah dengan pangkalan. Tujuannya agar peredaran gas elpiji bersubsidi ini bisa menjangkau ke desa-desa terpencil dan menghindari adanya pangkalan yang menjual gas elpiji ke daerah lain untuk memperoleh keuntungan yang lebih besar.
“Namun tetap saja, dalam pengawasan harus tetap dilakukan oleh semua pihak agar potensi penyimpangan bisa terus kita tekan,” ucap Elieser.
Adanya wacana ini tentunya juga harus didukung oleh kesiapan dari BUMDes itu sendiri. Menurut Elieser, dalam praktiknya juga ada persiapan permodalan dari BUMDes agar bisa mengelola penjualan gas elpiji dengan harapan bisa menjangkau di desa-desa terpencil. Meski wacana dari Pertamina ini masih menunggu realisasi atau upaya lain yang tengah dilakukan Pertamina untuk mengatasi sulitnya masyarakat mendapatkan gas elpiji itu.
Elieser juga mengingatkan kepada masyarakat, bahwa gas elpiji tabung 3 kilogram bersubsidi diperuntukkan untuk warga yang tidak mampu. Dirinya berharap, masyarakat yang secara ekonomi menengah ke atas atau mampu, bisa membeli gas elpiji tanpa subsidi karena ini juga berdampak pada ketersediaan gas.