Jakarta (ANTARA) - Puluhan "influencer" dari berbagai bidang digandeng Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) untuk berdiskusi mengenai informasi perkembangan kasus COVID-19 di Indonesia dan mensinergikan berbagai gerakan masyarakat yang telah diinisiasi untuk pencegahan penyebaran virus corona tersebut.
"Pertemuan ini dilaksanakan secara efektif, mengikuti prosedur 'social distancing', dan melaksanakan langkah-langkah preventif seperti pengukuran suhu tubuh dan penggunaan 'hand sanitizer'," kata Influencer dan Campaigner Dompet Dhuafa Fathur melalui pernyataan tertulis, di Jakarta, Sabtu.
Pertemuan tersebut, menurut dia, berlangsung pada Jumat (20/3) di Graha BNPB Jakarta yang diikuti puluhan "influencer" dari berbagai bidang.
Hasilnya, ada beberapa poin hasil diskusi dan pernyataan bersama tanggapan terhadap isu-isu yang beredar.
"Pertama, kami ingin menegaskan, bahwa pada kesempatan ini, kami bukanlah juru bicara dari pemerintah. Kami juga sadar, tak dapat disebut sebagai perwakilan masyarakat. Kami hanya sekelompok orang yang dikenal di masyarakat, dan hari ini secara sadar dan sukarela membuat gerakan yang dapat berdampak bagi masyarakat," katanya.
Kedua, kehadiran para "influencer" dalam pertemuan bersama BNPB sama sekali tidak mendapatkan bayaran, sekaligus menegaskan jika informasi yang beredar mengenai hal tersebut adalah hal yang tidak benar.
"Kehadiran kami justru lahir dari inisiasi untuk mengonfirmasi berbagai informasi mengenai perkembangan COVID-19 seperti validasi data kasus dan informasi mengenai kebutuhan yang belum terpenuhi. Karena kami menyadari dalam membangun gerakan masyarakat yang tepat dibutuhkan informasi yang akurat," katanya.
Ketiga, selain akurasi informasi, kata dia, perlu disadari bahwa hal penting lainnya agar Indonesia mampu melawan virus corona ialah aksi dan kolaborasi.
"Kami percaya bahwa pemerintah tak bisa bergerak sendiri. Setiap pihak dalam konsep pentahelix harus dapat terlibat. Masyarakat dapat bergerak, baik melalui gerakan sosialisasi dan edukasi, kegiatan kerelawanan hingga kegiatan penggalangan donasi," katanya.
Ia mengatakan pertemuan tersebut adalah upaya untuk mensinergikan gerakan yang telah ada, sekaligus mencari ide gerakan baru dan untuk memastikan agar kita tidak hanya sama-sama bekerja, melainkan benar-benar bekerja sama.
"Keempat, kami juga ikut memberikan masukan konstruktif kepada pemerintah, seperti meminta memperbaiki cara komunikasi publik, memberikan transparansi informasi kepada masyarakat, mengutamakan keselamatan dan kesehatan masyarakat," katanya.
Kemudian, kata dia, pemerintah harus mengambil peran dalam menekan harga dari para pemasok khususnya di bidang alat kesehatan seperti masker, hand sanitizer, dan APD, mengingat pentingnya ketersediaan hal-hal tersebut bagi publik.
Poin terakhir dan yang paling penting, kata dia, mereka ingin mengajak semua elemen masyarakat untuk sama-sama berperan dalam melawan COVID-19.
"Bukan sekadar di #DirumahAja, tapi bekerja dan berpartisipasi #CukupDariRumah. Kami percaya, Indonesia bisa melawan COVID-19, asalkan kita tidak sibuk menghujat kegelapan, melainkan memilih untuk menjadi lilin yang menerangi dan membawa harapan," katanya.
Dalam pertemuan itu, ada sebanyak 20 "influencer yang hadir", yakni Rachel Vennya (selebgram), Indra Bekti (artis), Sarah Gibson (selebgram), Fathur (influencer/campaigner Dompet Dhuafa), dr Tirta (dokter/influencer), Taqy Malik (Alquran reciter), Olga Lydia (artis), Akbar Rais (drifter nasional), Ardina Putri (selebgram), Tasya Kissty (selebgram), Reza Pahlevi (selebgram), Wildan Fahlevi (selebgram), Mike Ethan (publik figur), Pras (Kitabisa).
Kemudian Indra Sugiarto (influencer pendidikan), Vinto Krisber (aktivis mahasiswa), Andhika E. Putra (foreign policy community of Indonesia), Farisha (Influencer), Arrief Hardian (publik), dan Arief Rosyid (tokoh millenial/Direktur Eksekutif Merial Institute).