Jakarta (ANTARA) - Merek fesyen GAP dan Banana Republic akan menutup lebih dari 200 toko ritel mereka di seluruh dunia hingga akhir tahun ini, karena perusahaan induk mereka sedang berupaya mengurangi pengeluaran untuk toko fisik.
Melalui sebuah pernyataan pers pada akhir pekan lalu, pihak GAP Inc. menyebutkan bahwa perusahaan ternyata harus menutup lebih banyak toko dari daripada penutupan toko yang dilakukan pada Maret 2020 lalu.
Perusahaan yang berbasis di San Francisco ini memperkirakan akan menutup lebih banyak lokasi pada tahun 2021.
Baca juga: Kanye West segera luncurkan kolaborasi Yeezy Gap
Sebagian besar toko ritel yang akan tutup terletak di dalam mal, kata GAP Inc. Chief Financial Officer Katrina O’Connell, seperti dikutip dari New York Post.
O'Connell menambahkan bahwa perusahaan akan memberikan rincian lebih lanjut tentang penutupan dalam pertemuan investor yang digelar pada Oktober 2020.
GAP dan Banana Republic adalah dua label fesyen besar dengan kinerja terlemah di kuartal kedua 2020. Penjualan bersih mereka masing-masing turun 28 persen dan 52 persen.
Banana Republic mengalami penurunan pesanan, karena sebagian pelanggan tetap bekerja di rumah dan memilih untuk bergaya lebih kasual.
Perusahaan induk telah menutup secara permanen 137 toko GAP dan Banana Republic, dan hanya membuka 21 toko pada kuartal kedua yang berakhir pada 1 Agustus ini.
Hingga 1 Agustus, perusahaan fesyen ini memiliki total 3.814 toko di seluruh dunia, termasuk sekitar 600 lokasi waralaba.
GAP mengatakan memulai kuartal kedua ini dengan menutup sementara seluruh tokonya akibat pandemi virus corona. Penutupan sementara ini kemudian menyebabkan penurunan 18 persen dalam penjualan bersih untuk kuartal tersebut meskipun 90 persen dari toko telah dibuka kembali pada 1 Agustus, kata perusahaan itu.
Baca juga: Ini tren fesyen pria Inggris saat 'lockdown'
Baca juga: Tren fashion di fase 'new normal'
Baca juga: Tren fesyen busana muslim tahun 2020