21 tiang Jembatan Tumpung Laung-Sikan digeser
Muara Teweh (ANTARA) - Sebanyak 21 tiang besi jembatan yang menghubungkan Kelurahan Tumpung Laung - Desa Sikan Kecamatan Montallat Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah, berada di Sungai Barito diantaranya rusak akibat tongkang batu bara akan dipindah atau digeser ke tempat lain.
"Akibat dari benturan tongkang bermuatan batu bara, terdapat tujuh tiang pancang pada titik Pier 4 (P4) mengalami kerusakan dengan kondisi patah, bengkok dan miring, serta 14 tiang lainnya akan diganti total dengan melakukan pemancangan ulang di kawasan lain atau lokasi yang aman," kata Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Barito Utara Muhammad Iman Topik di Muara Teweh, Kamis.
Menurut dia, sesuai petunjuk Bupati Barito Utara Nadalsyah dan hasil evaluasi di lapangan bahwa titik pemancangan Pier4 dan Pier5 (P4 dan P5) sebanyak 21 tiang mengalami perubahan tempat pemancangan, dari lokasi tiang yang sudah dibangun pada Juli 2020 lalu.
Perubahan ini, kata dia, menginggat unsur keselamatan dan keamanan pelayaran yang melintasi jembatan disaat air Sungai Barito naik, disamping itu juga ketinggian jembatan mengalami perubahan ketinggian yang semula 9 meter menjadi 13,5 meter.
"Insya Allah dengan adanya perubahan ketinggian dan perubahan bentangan diharapkan sudah memenuhi aspek keamanan dan keselamatan pelayaran lalu lintas sungai yang melintas," katanya didampingi Kabid Bina Marga Dedi.
Topik mengatakan, pemancangan tiang jembatan akan kembali dilakukan. Dan berdasarkan instruksi dari Bupati Nadalsyah pemancangan tiang baru diambil di titik tengah bentang 100 meter.
Selain itu harus mengikuti bentang tengah supaya tongkang yang melintas bisa lolos, artinya keselamatan pelayaran yang perlu di jaga.
"Insya Allah dengan adanya perubahan ketinggian dan perubahan bentangan jembatan diharapkan sudah memenuhi aspek keamanan dan keselamatan pelayaran lalu lintas sungai saat melintas dibawah jembatan,” kata dia.
Dia juga meminta kepada Pemerintah Kecamatan Montallat dan Kelurahan untuk menyosialisasikan kepada warga masyarakat setempat terkait adanya perubahan letak tiang pancang atau evaluasi Pier4 dan Pier5 (P4 dan P5) jembatan Sikan-Tumpung Laung, Kecamatan Montallat.
Sementara, Bupati Barito Utara Nadalsyah mengatakan kalau pihak kontraktor mencari titik kedalaman air itu salah, dan yang dicari adalah titik bentang 100 meternya itu betul-betul berada di tengah-tengah.
Karena, kata Nadalsyah, kalau dari titik dalamnya, walaupun di Tumpung Laung dalam keadaan air pasang akan tetapi kalau di jety-jety (pelabuhan batu bara) yang ada itu dangkal, tongkang tidak bisa lewat juga.
"Percuma disana dikasih pada titik yang terdalam, namun bisa membahayakan pelayaran. Jadi harus mengikuti titik tengah, sehingga apabila tongkang melewati jembatan bisa lolos, seperti jembatan yang ada di kota Muara Teweh. Coba di evaluasi kembali untuk titik bentang 100 meter (P4 dan P5)," kata Nadalsyah.
Dia menambahkan kalau pihak kontraktor melakukan penggeseran tiang pancang ke arah kampung, arusnya sangat kuat dan dalam. Akan tetapi di daerah tersebut merupakan jalur tongkang untuk lewat.
"Jadi ambil titik tengah, walapun agak ke daerah pasir, akan tetapi tidak membahayakan alur pelayaran saat tongkang batu bara melalui jembatan," ujar Nadalsyah.
Jembatan tersebut dibangun sepanjang 697 meter lebar 8 meter menggunakan sistem multiyears (tahun jamak) dengan nilai kontrak Rp21,8 miliar dengan pengerjaannya dimulai sejak Januari 2020 dan dikerjakan olah PT Mutiara Karya Utama Pusat Palangka Raya.
"Akibat dari benturan tongkang bermuatan batu bara, terdapat tujuh tiang pancang pada titik Pier 4 (P4) mengalami kerusakan dengan kondisi patah, bengkok dan miring, serta 14 tiang lainnya akan diganti total dengan melakukan pemancangan ulang di kawasan lain atau lokasi yang aman," kata Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Barito Utara Muhammad Iman Topik di Muara Teweh, Kamis.
Menurut dia, sesuai petunjuk Bupati Barito Utara Nadalsyah dan hasil evaluasi di lapangan bahwa titik pemancangan Pier4 dan Pier5 (P4 dan P5) sebanyak 21 tiang mengalami perubahan tempat pemancangan, dari lokasi tiang yang sudah dibangun pada Juli 2020 lalu.
Perubahan ini, kata dia, menginggat unsur keselamatan dan keamanan pelayaran yang melintasi jembatan disaat air Sungai Barito naik, disamping itu juga ketinggian jembatan mengalami perubahan ketinggian yang semula 9 meter menjadi 13,5 meter.
"Insya Allah dengan adanya perubahan ketinggian dan perubahan bentangan diharapkan sudah memenuhi aspek keamanan dan keselamatan pelayaran lalu lintas sungai yang melintas," katanya didampingi Kabid Bina Marga Dedi.
Topik mengatakan, pemancangan tiang jembatan akan kembali dilakukan. Dan berdasarkan instruksi dari Bupati Nadalsyah pemancangan tiang baru diambil di titik tengah bentang 100 meter.
Selain itu harus mengikuti bentang tengah supaya tongkang yang melintas bisa lolos, artinya keselamatan pelayaran yang perlu di jaga.
"Insya Allah dengan adanya perubahan ketinggian dan perubahan bentangan jembatan diharapkan sudah memenuhi aspek keamanan dan keselamatan pelayaran lalu lintas sungai saat melintas dibawah jembatan,” kata dia.
Dia juga meminta kepada Pemerintah Kecamatan Montallat dan Kelurahan untuk menyosialisasikan kepada warga masyarakat setempat terkait adanya perubahan letak tiang pancang atau evaluasi Pier4 dan Pier5 (P4 dan P5) jembatan Sikan-Tumpung Laung, Kecamatan Montallat.
Sementara, Bupati Barito Utara Nadalsyah mengatakan kalau pihak kontraktor mencari titik kedalaman air itu salah, dan yang dicari adalah titik bentang 100 meternya itu betul-betul berada di tengah-tengah.
Karena, kata Nadalsyah, kalau dari titik dalamnya, walaupun di Tumpung Laung dalam keadaan air pasang akan tetapi kalau di jety-jety (pelabuhan batu bara) yang ada itu dangkal, tongkang tidak bisa lewat juga.
"Percuma disana dikasih pada titik yang terdalam, namun bisa membahayakan pelayaran. Jadi harus mengikuti titik tengah, sehingga apabila tongkang melewati jembatan bisa lolos, seperti jembatan yang ada di kota Muara Teweh. Coba di evaluasi kembali untuk titik bentang 100 meter (P4 dan P5)," kata Nadalsyah.
Dia menambahkan kalau pihak kontraktor melakukan penggeseran tiang pancang ke arah kampung, arusnya sangat kuat dan dalam. Akan tetapi di daerah tersebut merupakan jalur tongkang untuk lewat.
"Jadi ambil titik tengah, walapun agak ke daerah pasir, akan tetapi tidak membahayakan alur pelayaran saat tongkang batu bara melalui jembatan," ujar Nadalsyah.
Jembatan tersebut dibangun sepanjang 697 meter lebar 8 meter menggunakan sistem multiyears (tahun jamak) dengan nilai kontrak Rp21,8 miliar dengan pengerjaannya dimulai sejak Januari 2020 dan dikerjakan olah PT Mutiara Karya Utama Pusat Palangka Raya.