Pemkab Kotim berharap tol sungai bisa terwujud

id Pemkab Kotim berharap tol sungai bisa terwujud, Bappeda Kotim, Ramadansyah, Sampit, Kotim, Kotawaringin Timur, tol sungai

Pemkab Kotim berharap tol sungai bisa terwujud

Alur Sungai Mentaya termasuk alur yang lalu lintasnya cukup ramai. ANTARA/Norjani

Sampit (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur Kalimantan Tengah berharap wacana tol sungai bisa terwujud meski pelaksanaannya membutuhkan waktu yang tidak singkat.

"Konsepnya itu nanti ya semacam jalan tol. Nanti dikelola oleh swasta, tapi pemerintah daerah juga masuk di dalamnya melalui BUMD (Badan Usaha Milik Daerah) sehingga daerah juga akan mendapatkan pemasukan dari sana," kata Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kotawaringin Timur, Ramadansyah di Sampit, Kamis.

Wacana tol sungai sudah mengemuka beberapa tahun terakhir. Selain untuk meningkatkan pemasukan daerah, tol sungai diharapkan sekaligus menjadi solusi peningkatan pelayanan di alur Sungai Mentaya.

Melalui program ini, investor diarahkan menggunakan dana mereka untuk mengeruk sejumlah titik dangkal di alur Sungai Mentaya. Selama ini pendangkalan alur menjadi kendala karena kapal baru bisa masuk saat sungai sedang pasang. Selain itu, ukuran kapal yang masuk juga terbatas karena menyesuaikan kondisi alur sungai yang dangkal.

Jika titik-titik pendangkalan sungai sudah dikeruk, maka kapan saja kapal akan bisa masuk ke alur Mentaya, tanpa khawatir kandas akibat pendangkalan. Dampaknya diyakini akan meningkatkan kualitas dan kuantitas sektor kepelabuhanan sehingga berpengaruh besar terhadap perekonomian Kotawaringin Timur, bahkan juga Kalimantan Tengah.

Investor dan BUMD nantinya diberi kewenangan untuk memberlakukan pungutan terhadap kapal-kapal yang masuk, seperti halnya pungutan ketika mobil masuk ke jalan tol. Dengan begitu akan ada pemasukan bagi daerah, serta dampak positif ikutan dari meningkatnya kegiatan ekonomi melalui sektor kepelabuhanan.

Di sisi lain, kata Ramadansyah, ini juga harus diantisipasi dengan menyiapkan jalan yang memadai karena otomatis frekuensi angkutan di darat juga semakin besar. Makanya pemerintah daerah juga membuka jalur alternatif menuju Pelabuhan Bagendang.

Menurutnya, pola ini sudah diterapkan di Provinsi Kalimantan Selatan yakni lalu lintas di Sungai Barito. Kini lalu lintas kapal di alur Barito menjadi lancar dan membawa dampak positif terhadap perekonomian.

"Calon investor 'tol sungai' itu ada di Surabaya. Informasinya kemarin mereka sudah menerima surat persetujuan dari Kementerian Perhubungan untuk melakukan riset itu. Risetnya memerlukan waktu lama karena harus sangat teliti lantaran pengerukan sungai itu tidak bisa sembarangan agar tidak erosi. Konsultan mereka dari Belanda," demikian Ramadansyah.

Baca juga: Penerapan pelat KH angkutan industri di Kotim perlu peraturan daerah

Berdasarkan data Dinas Perhubungan, pendangkalan muara dan alur Sungai Mentaya semakin parah dan dirasakan sangat mengganggu kelancaran lalu lintas kapal barang dan penumpang karena harus menunggu air pasang.

Lalu lintas transportasi air di Sungai Mentaya cukup padat, khususnya barang dan penumpang di Pelabuhan Sampit. Pelabuhan ini bahkan menjadi pintu gerbang terbesar ekspor dan impor di Kalimantan Tengah.

Pendangkalan alur yang semakin parah membuat lalu lintas kapal sangat tergantung kondisi pasang surut sungai. Kapal hanya bisa masuk ke alur ketika sungai sedang pasang. Nakhoda harus pintar-pintar memanfaatkan kondisi karena jika terlambat maka kapal tidak akan bisa keluar atau masuk, sehingga harus tertahan di muara.

Kotawaringin Timur saat ini masuk program pemerintah pusat dalam 'master plan' percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia (MP3EI) untuk koridor Kalimantan, sehingga setiap tahun akan dilakukan pengembangan terhadap pelabuhan yang ada.

Kedalaman Sungai Mentaya saat ini sekitar minus 4 meter LWS (Low Water Spring) atau air pasang terendah. Dengan kedalaman tersebut, maksimal kapal kargo yang bisa masuk adalah sekitar 3000 DWT (Dead Weight Tonnage) dan untuk tongkang sekitar 5000 DWT.

Pengerukan alur terakhir dilakukan Juni 2015 lalu oleh Kementerian Perhubungan dengan mengucurkan dana APBN sekitar Rp34 miliar. Dana itu digunakan untuk mengeruk sekitar 500.000 meter kubik lumpur di ambang luar sepanjang 1,8 kilometer dengan lebar 60 meter dan kedalaman antara empat hingga lima meter.

Selain di muara, masih ada pendangkalan di alur dalam yakni dua titik di depan Pos TNI AL dan kawasan Serambut. Dua titik pendangkalan ini juga diusulkan untuk dikeruk agar lalu lintas kapal makin lancar.

Baca juga: DPRD dorong percepat penanganan darurat jalan lingkar selatan Sampit