Sampit (ANTARA) - Badan Urusan Logistik (Bulog) Sampit bersama Pemerintah Kabupaten Kabupaten Kotawaringin Timur Kalimantan Tengah bekerjasama dengan Pemerintah mensosialisasikan beras Fortivit yaitu beras bervitamin yang diyakini bisa membantu penanganan stunting.
"Harga beras ini Rp 17 ribu perkilogramnya namun beras ini unggul karena banyak vitaminnya dibandingkan dengan beras biasa. Untuk masyarakat yang ingin membeli bisa datang langsung ke kantor kami," kata Kepala Perum Bulog Sub Divre Sampit, Rony Hadianto di Sampit, Selasa.
Sosialisasi beras Fortivit dilaksanakan di kantor Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD) Kotawaringin Timur. Hadir sejumlah kepala desa yang diharapkan dapat membantu pelaksanaan program pemerintah ini.
Fortivit merupakan beras bervitamin, beras sehat, yang diperkaya dengan beberapa mikronutrien seperti vitamin A, vitamin B1, vitamin 83. vitamin B6. asam folat, vitamin B12, zat besi dan seng (Zn).
Beras yang dipasarkan oleh perusahaan pelat merah ini diharapkan dapat membantu penanganan stunting di Indonesia, termasuk di Kotawaringin Timur. Caranya yaitu pemberian beras bervitamin tersebut kepada balita untuk membantu kecukupan gizi sesuai kebutuhan.
"Beras Fortivit diharapkan dapat menjadi jembatan integrasi kebijakan antar program Pemerintah, sehingga dapat mengurangi serta menangani prevalensi stunting dan anemia di Kotawaringin Timur ini," harap Rony.
Kepala DPMD Kotawaringin Timur Hawianan mendukung program tersebut dan berharap beras Fortivit yang dijual oleh Bulog dapat membantu penanganan stunting di kabupaten ini.
"Menurut saya ini sangat baik karena menyangkut perkembangan gizi dan kesehatan penerus kita. Saya harap nantinya desa dapat memanfaatkan keberadaan beras ini dengan baik," harapnya.
Baca juga: Banyak warga Sampit jual emas meski harga turun
Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak akibat kekurangan gizi kronis, terutama dalam 1000 hari pertama kehidupan. Penyakit yang ditandai dengan tubuh kerdil ini membuat pertumbuhan anak terlambat dan berdampak terhadap kemampuan berpikirnya.
Pemerintah desa diharapkan terlibat membantu penanganan stunting di Kotawaringin Timur yang angkanya termasuk cukup tinggi. Pemerintah desa bisa melaksanakan berbagai kegiatan untuk membantu perbaikan gizi anak seperti pemberian makanan tambahan dan lainnya.
Dia mencontohkan, pemberian makanan tambahan bisa dilakukan seperti saat acara posyandu balita atau pada kelas PAUD oleh pemerintah desa. Beras Fortivit dapat dimasak menjadi bubur sebagai makanan pendamping bagi balita dan anak-anak.
"Rencananya beras ini akan kita sinergikan dengan program-program di desa dengan harapan dapat menekan angka kasus stunting yang lumayan tinggi di Kotawaringin Timur," demikian Hawianan.
Sementara itu, menurut Studi Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) Tahun 2019, kabupaten dengan prevalensi stunting terendah di Kalimantan Tengah adalah Murung Raya (17,45%), Lamandau (17,83%) dan Kotawaringin Barat (23,98%). Sedangkan kabupaten dengan prevalensi tertinggi adalah Kabupaten Kapuas (42,37%), Kotawaringin Timur (39,87%) dan Barito Timur (38,53%).
Tahun 2018, pemerintah pusat menetapkan tiga Kabupaten sebagai lokus stunting yakni Kotawaringin Timur, Barito Timur dan Kapuas. Tahun 2019 bertambah menjadi lima kabupaten dengan masuknya dua kabupaten lokus baru yakni Barito Selatan dan Gunung Mas. Lokus stunting ditetapkan berdasarkan tingginya prevalensi stunting pada satu daerah.
Baca juga: Legislator Kotim dukung pengadaan alat berat di setiap kecamatan
Baca juga: Warga minta DPRD Kotim perjuangkan normalisasi sungai
Baca juga: Ketua DPRD Kotim dorong penanganan prostitusi secara komprehensif