Tak hanya itu, mendengkur juga bisa berdampak pada masalah pernapasan (mudah terserang selesma), masalah serebrovaskular (stroke), gangguan kualitas hidup (adanya risiko jatuh, kecelakaan), serta masalah kognitif (gangguan konsentrasi dan daya ingat).
Baca juga: Tidur sambil mendengkur bisa pengaruhi kesehatan mental?
Kualitas dan kuantitas tidur pun bisa terganggu akibat mendengkur. Akibatnya, mereka yang mendengkur dapat mengalami gangguan pada fungsi dan aktivitasnya sehari-hari.
"Jika seseorang mengalami perubahan kuantitas dan kualitas tidur, maka dapat mengakibatkan gangguan pada fungsi dan aktivitas sehari-hari, oleh karena itu langkah awal yang penting untuk dilakukan adalah mengetahui apa yang menyebabkan gangguan tidur tersebut," kata Niken dalam siaran pers RSUI, dikutip Kamis.
Seseorang mendengkur biasanya karena dua sebab yakni adanya kelainan di otak dan adanya gangguan saluran napas atas (penyempitan hidung-tenggorok). Gangguan saluran napas dapat terjadi akibat adanya perubahan struktur (cuping hidung jatuh, tenggorok makin panjang), serta adanya perubahan fungsi otot tenggorok yang melemah.
Penjelasan ini sekaligus menampik mitos yang beredar di masyarakat mengenai mendengkur, antara lain sebagai tanda tidurnya nyenyak atau karena kondisi tubuh yang sedang lelah.
Niken menyarankan mereka yang mendengkur segera memeriksakan diri ke dokter untuk mengetahui penyebabnya dan mendapatkan penanganan dini agar tidak terlanjur berdampak pada kesehatan.
"Jika gangguan tersebut dapat dideteksi sejak dini, maka dapat diberikan penanganan yang sesuai, sehingga dampak-dampak tersebut dapat dicegah," tutur dia.
Di sisi lain, seperti dikutip dari Mayo Clinic, perubahan gaya hidup, seperti menurunkan berat badan, menghindari minuma beralkohol menjelang waktu tidur dapat membantu menghentikan dengkuran.
Baca juga: Fakta dibalik kebiasaan mendengkur
Baca juga: Bantu atasi gangguan tidur dengan akupuntur medik
Baca juga: Mengapa waktu tidur lansia lebih sedikit daripada orang dewasa?