"Prioritaskan kebutuhan utama kita dulu," kata CEO Finansialku, Melvin Mumpuni, saat webinar FinanSiap bersama GoPay, Rabu.
Di masa pandemi ini, Melvin, yang juga perencana keuangan, seseorang perlu memiliki dana darurat, yang besarannya bergantung pada pengeluaran dan jumlah tanggungan.
Menurut dia, dana darurat bisa berjumlah enam hingga 12 kali dari jumlah pengeluaran setiap bulan. Misalnya, seorang lajang dengan pengeluaran bulanan Rp5.000.000 maka dana darurat yang dibutuhkan adalah Rp5.000.000 x 6.
Baca juga: Langkah cerdas atur keuangan untuk generasi 'sandwich'
Sementara bagi yang sudah menikah dan belum memiliki anak, dana darurat yang dibutuhkan mulai dari sembilan kali pengeluaran setiap bulan.
Dana darurat bisa disimpan di rekening tabungan atau instrumen lainnya yang sekiranya tidak mengurangi nilai pokok. Dana darurat sebaiknya ditempatkan di instrumen keuangan yang likuid atau mudah dicairkan sewaktu-waktu.
Berbicara mengenai waktu yang tepat untuk mengumpulkan dana darurat, menurut Melvin, secepatnya, bahkan bisa sejak awal seseorang masuk dunia kerja.
"Kejar dana darurat dulu karena kita tidak tahu kapan kondisi darurat datang," kata Melvin.
Setelah dana darurat terpenuhi, pendapatan bisa mulai digunakan untuk berinvestasi. Melvin menyarankan untuk memiliki dana darurat sebelum investasi agar bisa merasakan manfaat yang maksimal.
Jika sudah investasi, namun, belum punya dana darurat, ketika musibah datang, investasi terpaksa dicairkan walaupun belum maksimal.
Memiliki asuransi tidak kalah penting di tengah kondisi pandemi ini untuk mengurangi risiko keuangan.
Selain dana darurat dan investasi, disarankan juga melunasi hutang dan kewajibana agar kondisi keuangan tetap terjaga.
Baca juga: Cara mengatur keuangan agar tak jadi beban keluarga di usia 75 tahun
Baca juga: Cara merencanakan keuangan di tahun pandemi
Baca juga: Cara merencanakan warisan agar aset terlindungi