"SMW merupakan sistem pengelolaan sampah medis berbasis Internet of Things yang terintegrasi dengan gawai untuk mengoptimalkan manajemen sampah limbah medis di fasilitas layanan kesehatan," kata Juan sebagaimana dikutip dalam siaran pers universitas yang diterima di Depok, Selasa.
Ia menjelaskan, SMW bisa mendeteksi kondisi saat sampah medis mulai melebihi batas kapasitas tempat sampah dan memungkinkan petugas segera mengangkut dan memprosesnya.
SMW mencakup tempat sampah medis portabel dan aplikasi pemantauan berbasis Android.
Tempat sampah tersebut sudah dilengkapi dengan perangkat seperti sensor ultrasonik yang mampu mendeteksi lokasi dan perubahan ketinggian volume sampah. Data lokasi dan volume sampah tersebut akan langsung dikirim ke aplikasi pemantauan di gawai petugas pengangkut sampah.
Baca juga: Mahasiswa UB membuat krim antijerawat dari kulit durian
"Dengan sistem ini, petugas pengangkut sampah cukup melihat notifikasi di gawai mereka untuk mengetahui apakah limbah medis sudah harus diangkut atau belum," kata Juan.
"Dengan begitu, fasyankes tidak harus menyiapkan sebuah fasilitas alat pengolahan limbah tersendiri, yang biasanya memang cukup mahal, cukup menggunakan sistem pengangkutan manual oleh petugas seperti biasanya," ia menambahkan.
Sementara konsep Eco-Refill Store, toko isi ulang yang menjual produk konsumsi tanpa kemasan, ditujukan untuk meminimalkan sampah plastik sekali pakai. Konsumen yang menggunakan layanan toko penjual produk isi ulang itu harus membawa tempat sendiri saat berbelanja.
Operasi toko isi ulang didukung oleh aplikasi digital Eco-Refill Application yang dirancang untuk memudahkan konsumen melakukan isi ulang produk.
Penggunaan aplikasi itu antara lain memungkinkan konsumen mengakses lokasi toko isi ulang terdekat, mengetahui stok dan harga produk yang tersedia, serta melakukan transaksi menggunakan metode pembayaran elektronik.
Menurut Juan, sistem toko isi ulang bisa meningkatkan efektivitas dan efisiensi penanganan sampah plastik sekali pakai serta menggantikan sistem ekonomi linear dengan sistem ekonomi sirkular.
"Saya berharap penerapan sistem toko isi ulang ini dapat menjadi solusi pengurangan sampah plastik sekali pakai," katanya.
Baca juga: Produk pasta gigi ciptaan mahasiswa FTUI
Baca juga: Mahasiswa UGM olah limbah kulit durian jadi pot ramah lingkungan
Baca juga: Mahasiswa UNESA kembangkan plester hidrogel ekstrak daun sirih hijau