Bupati Gumas optimis target pengembangan jagung 2021 tercapai

id Pemkab gumas, bupati gumas, jaya s monong, jagung hibrida, pengembangan jagung gumas, kuala kurun, kalteng

Bupati Gumas optimis target pengembangan jagung 2021 tercapai

Foto dokumentasi - Bupati Gumas Jaya S Monong bersama Wabup Efrensia L.P Umbing, Kepala Distan Gumas Letus Guntur, dan lainnya saat panen jagung nusantara di Kelurahan Tewah, Kecamatan Tewah, Rabu (29/9/2021). (ANTARA/HO-Diskominfosantik Gumas)

Kuala Kurun (ANTARA) - Bupati Gunung Mas, Kalimantan Tengah, Jaya S Monong optimis target pengembangan jagung hibrida di kabupaten setempat untuk tahun 2021 dapat tercapai.

“Berdasarkan Surat Keputusan Kepala Dinas Pertanian nomor 31, tanggal 26 Februari 2021 perihal penetapan calon petani dan calon lahan, target pengembangan jagung hibrida pada 2021 seluas 300 hektare,” ucapnya di  Kuala Kurun, Sabtu.

Dikatakan olehnya, target pengembangan jagung hibrida seluas 300 hektare tersebut dilaksanakan di delapan kecamatan yakni 19 desa, enam kelurahan dan 32 kelompok tani.

Dari target pengembangan 300 hektare, tutur dia, sudah tertanam seluas 234 hektare dan tersisa 66 hektare. Saat ini masih dilakukan penanaman sampai akhir 2021.

Orang nomor satu di kabupaten bermoto ‘Habangkalan Penyang Karuhei Tatau’ ini optimis sampai akhir Desember 2021 sisa target 66 hektare tersebut dapat tercapai, sehingga tertanam seluruhnya 300 hektare.

Lebih lanjut, produksi jagung hibrida sampai saat ini sebanyak 156 ton dengan 48 ton produksi ‘carry over’ 2020 dan 108 ton adalah produk panen pada pertanaman 2021 ini.

“Sampai saat ini sekitar 36 hektare pertanaman tahun 2021 sudah panen, dengan produktivitas rata-rata yakni tiga ton per hektare,” beber suami dari Mimie Mariatie tersebut.

Produksi jagung hibrida pada 2021 dalam bentuk pipilan sebanyak 156 ton tersebut hasilnya dijual ke pengumpul, sebagian dimanfaatkan langsung sebagai pakan ternak dan sebagian lagi dilakukan panen muda untuk dikonsumsi langsung.

Dia menerangkan, perkembangan jagung hibrida saat ini cukup baik dengan harga Rp3.400 per kilogram pipilan, dengan kadar air 15-16 persen harga di tingkat petani. Artinya pengembangan jagung hibrida sangat menjanjikan apabila dikelola secara maksimal.

Hanya saja, sambung dia, yang menjadi kendala yakni rendahnya sumber daya petani dalam pengelolaan jagung hibrida dengan rata-rata umur petani di Gumas yakni di atas 50 tahun.

“Kendala lainnya yakni kurang optimalnya pendampingan dari penyuluh pertanian, serta belum maksimalnya penyediaan sarana produksi sehingga mengakibatkan produktivitas jagung hibrida rendah,” demikian Jaya.