Babinsa di Kalteng aktif mengedukasi masyarakat mengatasi stunting

id Stunting kalteng, babinsa kalteng, gagal tumbuh, pemenuhan gizi, Korem 102 panju panjung, danrem 102 panju panjung, brig

Babinsa di Kalteng aktif mengedukasi masyarakat mengatasi stunting

Danrem 102 Panju Panjung Brigjen TNI Yudianto Putrajaya. ANTARA/Muhammad Arif Hidayat

Palangka Raya (ANTARA) -
Danrem 102 Panju Panjung Brigjen TNI Yudianto Putrajaya mengatakan, jajarannya terutama Bintara Pembina Desa (Babinsa) secara aktif membantu mengedukasi masyarakat untuk memahami bahaya stunting (gangguan pertumbuhan) serta upaya pencegahannya.
 
"Peran Babinsa di bawah naungan Korem 102 Panju Panjung terus mensosialisasikan dan mengedukasi masyarakat pentingnya pemenuhan gizi yang cukup untuk tumbuh kembang anak," katanya di Palangka Raya, Kamis.
 
Kegiatan ini sebagai bentuk nyata dukungan pihaknya terhadap pemerintah daerah dalam upaya menurunkan angka stunting khususnya di Kalteng, maupun secara nasional.
 
Dia menjelaskan, dengan peningkatan pengetahuan serta pemahaman yang semakin baik dari para orang tua terkait kebutuhan gizi, maka akan berdampak kepada semakin baiknya pemenuhan gizi terhadap anak-anak.
 
"Apabila kebutuhan gizi anak-anak mampu dipenuhi dengan baik, maka masalah stunting bisa kita tekan. Tentunya upaya ini perlu sinergi dan dukungan dari berbagai pihak," jelasnya.
 
Sebelumnya, Gubernur Kalteng Sugianto Sabran mengharapkan agar personel TNI turut berperan aktif membantu pemerintah daerah dalam menurunkan angka stunting.
 
"TNI ini bisa menjadi barisan terdepan dalam membantu mengatasi stunting, mengingat personel TNI seperti Babinsa tersebar di berbagai daerah," katanya.
 
Keberadaan personel TNI yang tersebar di berbagai daerah hingga wilayah perdesaan, tentu sangat strategis dalam mendukung pemda untuk mengedukasi masyarakat terkait stunting tersebut.
 
Salah satu perangkat daerah lingkup Pemprov Kalteng yang berperan dalam menekan stunting adalah Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3APPKB).
 
Kepala DP3APPKB Linae Victoria Aden mengatakan, pihaknya terus memperkuat intervensi sensitif dalam upaya penurunan stunting.
 
Intervensi sensitif di antaranya dengan melaksanakan edukasi, pelayanan konseling, hingga mengubah perilaku masyarakat, termasuk pelayanan gizi dan kesehatan.

Baca juga: H-10 arena UCI MTB Eliminator World CUP 2022 akan disterilkan
 
"Kami masuk dalam intervensi sensitif. Yang kami lakukan adalah upaya mengubah perilaku, kami memulai dari bagaimana setiap keluarga agar setiap anak yang lahir dari setiap pasangan diupayakan tidak stunting," katanya.
 
Dia memaparkan untuk mencegah stunting dimulai dari masa pembuahan hingga 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Untuk itu sangat penting menyiapkan calon pengantin baik laki-laki maupun perempuan sehingga benar-benar mampu dan siap menjadi orang tua.
 
"Kalau pasangan yang menikah di bawah umur atau pernikahan usia anak, maka stunting menjadi salah satu risiko. Sebab pernikahan usia anak berarti anak tersebut belum siap secara fisik dan psikis," jelasnya.
 
Pernikahan usia anak memiliki risiko terjadinya stunting pada anak yang dilahirkan, sebab dipengaruhi kondisi pasangan yang belum benar-benar dewasa. Maka perlu edukasi yang mendalam, sehingga pengetahuan masyarakat tentang risiko pernikahan usia anak hingga stunting bisa dipahami dengan baik.

Baca juga: Pemprov Kalteng carikan solusi tuntutan aksi pendemo terkait penambang skala kecil

Baca juga: Kalteng antisipasi karhutla menjelang puncak kemarau

Baca juga: Fraksi Nasdem minta Pemprov Kalteng bantu pembangunan gereja Katolik di Pulpis