Kuala Pembuang (ANTARA) -
Dinas Perikanan Kabupaten Seruyan, Kalimantan Tengah menyatakan budi daya ikan belida atau pipih yang pihaknya lakukan sejak 2019 sebagai upaya menjaga ikan yang menjadi ikon daerah tersebut agar tetap lestari.
"Kita akui budi daya ikan pipih ini tidak mudah, terlebih aktivitas nelayan yang sehari-hari menangkap ikan termasuk ikan pipih sehingga habitatnya berkurang. Maka kita berupaya mengembangkannya,” kata Kepala Dinas Perikanan Seruyan Abu Hasan di Kuala Pembuang, Rabu.
Dia mengatakan selain sebagai ikon Seruyan, ikan pipih juga menjadi bahan olahan seperti kerupuk dan lainnya yang sangat diminati masyarakat termasuk dari luar daerah.
Budi daya yang dilakukan yakni di Balai Benih Ikan (BBI) Telaga Pulang dan bukan untuk komersial, tetapi lebih untuk menjaga habitatnya.
Dia memaparkan, budi daya ikan ini sangat sulit seperti halnya satu ekor indukan dalam menghasilkan telur yang cukup banyak, yang dapat bertahan hanya beberapa ekor benih saja karena angka kematian cukup tinggi.
"Pemeliharaannya harus lebih ekstra dan memang memerlukan anggaran karena pakan untuk ikan tersebut yakni udang kecil atau udang sayur. Kita perkirakan anggarannya sekitar Rp300 juta saya rasa sudah cukup untuk pemeliharaannya," jelasnya.
Abu Hasan menambahkan, sejak 2019 hingga 2022, perkembangan budi daya ikan pipih tersebut terus meningkat.
Dari 2019 benihnya 322 ekor, indukan 50 ekor dan calon indukan 70 ekor, 2020 benih 210 ekor, indukan 80 ekor dan calon indukan 120 ekor, 2021 benihnya 450 ekor, indukan 110 ekor dan calon indukan 180 ekor, hingga 2022 benih 200 ekor, indukan 150 ekor dan calon indukan 240 ekor.