Sampit (ANTARA) - Meningkatnya kasus kematian bayi di Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah menjadi perhatian serius Dinas Kesehatan setempat untuk ditanggulangi agar risiko dan angka kematiannya bayi bisa terus menurun.
"Jumlah kematian ibu pada tahun 2022 menurun dibandingkan tahun sebelumnya, namun kematian bayi meningkat," kata Kepala Dinas Kesehatan Kotawaringin Timur Umar Kaderi di Sampit, Rabu.
Umar menyebutkan, pada 2021 terdapat 20 kasus kematian ibu dan 95 kasus kematian bayi. Sementara itu pada 2022 kasus kematian ibu turun menjadi 11 kasus, namun kematian bayi justru naik menjadi 108 kasus.
Sebagian besar kematian ibu disebabkan karena perdarahan dan tekanan darah tinggi, serta beberapa kasus karena COVID-19 dan ada kasus komplikasi penyakit tidak menular.
Sementara itu tingginya angka kematian bayi disebabkan beberapa faktor seperti asfiksia, ards atau sindrom kegawatan pernapasan akut, dan lahir prematur.
Upaya penurunan kematian ibu dan bayi telah dilakukan melalui penyediaan rumah tunggu kelahiran, rujukan ibu hamil, dan peningkatan kualitas pelayanan ibu hamil di fasilitas kesehatan primer, terutama puskesmas dengan penyediaan fasilitas USG di puskesmas secara bertahap dan peningkatan kapasitas tenaga dokter dan bidan di puskesmas.
Baca juga: Investor India berminat bangun pabrik gula di Kotim
"Semoga pada tahun 2023 ini kematian ibu dan bayi di Kabupaten Kotawaringin Timur terus menurun seiring peningkatan kesadaran masyarakat untuk bersalin di fasilitas kesehatan," harap Umar.
Untuk tingkat partisipasi masyarakat di bidang kesehatan, berdasarkan bayi balita yang ditimbang, penduduk usia produktif dan lanjut usia yang mendapatkan skrining atau cek kesehatan, terjadi peningkatan, namun masih tergolong rendah.
Bayi atau balita yang ditimbang dan mendapat pelayanan sesuai standar mencapai 63,8 persen, usia produktif yang diskrining 68,5 persen dan usia lanjut diskrining 70,9 persen.
Posyandu aktif yang dihitung dari ketersediaan kader di posyandu, keaktifan masyarakat di posyandu, ibu hamil yang melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin, imunisasi bayi, pasangan usia subur ber-KB, dan adanya pengembangan program posyandu, baru 83 posyandu dari 317 posyandu sekitar 26,2 persen.
Dinas Kesehatan berharap dukungan lebih banyak dari para kepala desa dan tokoh masyarakat dalam menggerakkan masyarakat dalam pemanfaatan fasilitas kesehatan, terutama untuk cek kesehatan.
"Akan sangat baik jika masyarakat rutin cek kesehatan, sebelum adanya gejala sakit yang dirasakan, agar diketahui lebih awal kondisi yang dimiliki masyarakat," demikian Umar Kaderi.
Baca juga: Pemkab Kotim berupaya cegah pernikahan dini
Baca juga: DPRD Kotim: Penggunaan pelat KH wujud partisipasi membangun daerah
Baca juga: Warga Pulau Hanaut minta DPRD Kotim perjuangkan kelanjutan pembangunan jalan
Berita Terkait
Berikut kaitan pekerjaan dengan risiko alzheimer
Kamis, 19 Desember 2024 14:11 Wib
Ini hubungan lingkar pinggang penderita diabetes dan risiko kematian
Senin, 9 Desember 2024 14:11 Wib
V BTS sampaikan kabar kematian Yeontan peliharaan kesayangannya
Selasa, 3 Desember 2024 8:44 Wib
Mengalami diabetes sebelum usia 40 tahun bisa tingkatkan risiko kematian
Minggu, 27 Oktober 2024 10:58 Wib
BPJS Ketenagakerjaan serahkan klaim JKM pada ahli waris petani-pekebun
Rabu, 9 Oktober 2024 11:17 Wib
KPAI kawal kekerasan anak berujung kematian di pesantren
Jumat, 20 September 2024 19:04 Wib
Cegah kematian ibu dan anak di Palangka dengan memperkuat peran posyandu
Rabu, 24 Juli 2024 21:01 Wib
Komisi III DPR desak polisi usut kasus kematian perempuan di Barito Timur
Rabu, 17 Juli 2024 20:27 Wib