Korban keracunan kue jadi 40 orang, Pemkab Kotim tanggung pengobatan
Sampit (ANTARA) - Jumlah korban diduga keracunan kue "Ipau" di Sampit Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah terus bertambah dan saat ini terdata menjadi 40 orang dan satu orang telah meninggal dunia.
"Jumlah ini tidak menutup kemungkinan bisa bertambah karena mungkin saja ada yang cuma berobat bertahan di rumah dan belum melapor. Katanya masa rawannya sampai lima hari. Makanya saya minta tetap dipantau dan segera ditangani," kata Bupati Halikinnor di Sampit, Sabtu.
Dugaan keracunan massal kue tradisional itu terjadi mulai Rabu (29/3) malam. Hasil pendataan, pasien yang diduga keracunan tersebut menderita keluhan yang hampir sama yaitu diare dan semuanya diketahui ada menyatakan menyantap kue tersebut. Mereka berusia anak-anak hingga lansia.
Kejadian ini menjadi perhatian pemerintah daerah. Halikinnor yang sejak awal Ramadhan sudah mewanti-wanti pedagang untuk menjaga kesehatan dan keamanan kuliner yang dijual, mengaku kaget begitu mengetahui hal yang dikhawatirkan itu justru terjadi.
Halikinnor datang ke RSUD dr Murjani Sampit membesuk pasien keracunan tersebut. Salah satu pasiennya adalah Zulhaidir yang merupakan Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kotawaringin Timur.
Data pihak rumah sakit, saat ini masih ada 17 korban keracunan yang dirawat, sedangkan sisanya sudah diperbolehkan pulang karena kondisinya membaik. Meski begitu, tim kesehatan tetap memantau kemungkinan jumlah pasien masih bertambah.
"Bagi pasien korban keracunan yang belum tercover BPJS Kesehatan, nanti biaya pengobatannya dibebankan ke pemerintah daerah saja," kata Halikinnor memberi arahan kepada manajemen rumah sakit yang mendampinginya.
Baca juga: Mengulik kue Ipau yang sedang viral di Sampit
Halikinnor menegaskan, pengawasan akan ditingkatkan oleh Dinas Kesehatan agar kejadian ini tidak terulang lagi. Hari ini Balai Pengawasan Obat dan Makanan Palangka Raya juga akan melakukan pemeriksaan intensif untuk mengetahui penyebab keracunan tersebut.
Saat ini pedagang yang menjual kue diduga penyebab keracunan itu masih diizinkan berjualan, namun diminta tidak menjual kue ipau tersebut. Pemerintah daerah juga masih menunggu hasil pemeriksaan laboratorium.
"Saya meminta kembali kepada masyarakat yang membuat dan berjualan kue dan masakan agar meningkatkan kewaspadaan. Makanan yang dijual harus aman dan sehat," ujar Halikinnor.
Kepala Dinas Kesehatan Umar Kaderi yang turut mendampingi bupati mengatakan, saat ini kondisi pasien mulai membaik. Dinas Kesehatan terus berkoordinasi dengan pihak rumah sakit untuk memastikan seluruh korban ditangani dengan baik.
"Kami juga sudah memerintahkan seluruh Puskesmas untuk mendata terhadap kemungkinan adanya warga mereka yang menderita keracunan yang sama," ujar Umar.
Sementara itu beberapa korban mengakui tidak mengira keracunan bahkan sampai harus dirawat. Saat menyantap kue ipau tersebut, rasanya enak dan tidak ada rasa seperti basi atau tidak enak sehingga mereka tidak curiga.
"Tidak ada rasa basi. Kuenya enak. Saya bahkan makan sampai habis. Beberapa jam kemudian baru mulai terasa perut sangat sakit dan disertai muntah, makanya langsung dibawa ke rumah sakit," demikian salah seorang pasien.
Baca juga: Dinkes Kotim periksa sampel kue diduga penyebab korban jiwa
Baca juga: Sejumlah warga Sampit diduga keracunan kue khas Ramadhan
Baca juga: Kemenaker alokasikan Rp800 juta untuk tahap awal BLK di Sampit
"Jumlah ini tidak menutup kemungkinan bisa bertambah karena mungkin saja ada yang cuma berobat bertahan di rumah dan belum melapor. Katanya masa rawannya sampai lima hari. Makanya saya minta tetap dipantau dan segera ditangani," kata Bupati Halikinnor di Sampit, Sabtu.
Dugaan keracunan massal kue tradisional itu terjadi mulai Rabu (29/3) malam. Hasil pendataan, pasien yang diduga keracunan tersebut menderita keluhan yang hampir sama yaitu diare dan semuanya diketahui ada menyatakan menyantap kue tersebut. Mereka berusia anak-anak hingga lansia.
Kejadian ini menjadi perhatian pemerintah daerah. Halikinnor yang sejak awal Ramadhan sudah mewanti-wanti pedagang untuk menjaga kesehatan dan keamanan kuliner yang dijual, mengaku kaget begitu mengetahui hal yang dikhawatirkan itu justru terjadi.
Halikinnor datang ke RSUD dr Murjani Sampit membesuk pasien keracunan tersebut. Salah satu pasiennya adalah Zulhaidir yang merupakan Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kotawaringin Timur.
Data pihak rumah sakit, saat ini masih ada 17 korban keracunan yang dirawat, sedangkan sisanya sudah diperbolehkan pulang karena kondisinya membaik. Meski begitu, tim kesehatan tetap memantau kemungkinan jumlah pasien masih bertambah.
"Bagi pasien korban keracunan yang belum tercover BPJS Kesehatan, nanti biaya pengobatannya dibebankan ke pemerintah daerah saja," kata Halikinnor memberi arahan kepada manajemen rumah sakit yang mendampinginya.
Baca juga: Mengulik kue Ipau yang sedang viral di Sampit
Halikinnor menegaskan, pengawasan akan ditingkatkan oleh Dinas Kesehatan agar kejadian ini tidak terulang lagi. Hari ini Balai Pengawasan Obat dan Makanan Palangka Raya juga akan melakukan pemeriksaan intensif untuk mengetahui penyebab keracunan tersebut.
Saat ini pedagang yang menjual kue diduga penyebab keracunan itu masih diizinkan berjualan, namun diminta tidak menjual kue ipau tersebut. Pemerintah daerah juga masih menunggu hasil pemeriksaan laboratorium.
"Saya meminta kembali kepada masyarakat yang membuat dan berjualan kue dan masakan agar meningkatkan kewaspadaan. Makanan yang dijual harus aman dan sehat," ujar Halikinnor.
Kepala Dinas Kesehatan Umar Kaderi yang turut mendampingi bupati mengatakan, saat ini kondisi pasien mulai membaik. Dinas Kesehatan terus berkoordinasi dengan pihak rumah sakit untuk memastikan seluruh korban ditangani dengan baik.
"Kami juga sudah memerintahkan seluruh Puskesmas untuk mendata terhadap kemungkinan adanya warga mereka yang menderita keracunan yang sama," ujar Umar.
Sementara itu beberapa korban mengakui tidak mengira keracunan bahkan sampai harus dirawat. Saat menyantap kue ipau tersebut, rasanya enak dan tidak ada rasa seperti basi atau tidak enak sehingga mereka tidak curiga.
"Tidak ada rasa basi. Kuenya enak. Saya bahkan makan sampai habis. Beberapa jam kemudian baru mulai terasa perut sangat sakit dan disertai muntah, makanya langsung dibawa ke rumah sakit," demikian salah seorang pasien.
Baca juga: Dinkes Kotim periksa sampel kue diduga penyebab korban jiwa
Baca juga: Sejumlah warga Sampit diduga keracunan kue khas Ramadhan
Baca juga: Kemenaker alokasikan Rp800 juta untuk tahap awal BLK di Sampit