Mekkah (ANTARA) - Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas menyampaikan bahwa Panitia Penyelenggara Ibadah Haji menyediakan layanan badal lontar jumrah dan badal haji secara gratis bagi anggota jamaah haji Indonesia yang membutuhkan.
Dia memastikan bahwa tidak ada tambahan biaya untuk layanan badal lontar jumrah bagi anggota jamaah yang sakit maupun layanan badal haji bagi anggota jamaah yang meninggal di Tanah Suci.
"Tidak ada biaya Pak. Jadi tidak perlu dikhawatirkan," katanya menjawab kekhawatiran Taupik, anggota jamaah haji berusia 77 tahun, saat mengunjungi Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) di Arafah, Makkah, Arab Saudi, Selasa (27/6) malam waktu setempat.
Taupik, anggota jamaah dari Embarkasi Kertajati yang menempati Maktab 13, dibawa ke KKHI karena sesak napas setelah melaksanakan wukuf.
Melihat Taupik yang masih menggunakan selang oksigen dan susah bicara dalam waktu lama, Menteri Agama menawarkan kepadanya untuk menggunakan layanan badal lontar jumrah.
"Semangat ya Pak. Nanti kita siapkan badalnya. Jangan dipaksakan. Bapak istirahat mawon (saja). Rukunnya wukuf sudah, nanti thawaf ifadhoh, itu pun tidak boleh dipaksakan. Sehat lebih penting Pak," kata Menteri Agama kepada Taupik.
Setelah menjenguk Taupik, Menteri Agama menegaskan bahwa tidak ada pungutan biaya apa pun dalam penyediaan layanan badal lontar jumrah dan badal haji.
"Saya sudah sampaikan ke Dirjen agar hal ini disampaikan ke jamaah, bahwa tidak ada pungutan apa pun baik itu badal jumrah, badal tawaf ifadhoh, bahkan badal haji ya. Tidak ada pungutan," katanya.
Mengenai hasil peninjauan penyelenggaraan pelayanan haji di Arafah, dia menyampaikan bahwa secara keseluruhan pelayanan berjalan baik, keluhan yang disampaikan oleh jamaah bisa diatasi.
Setelah wukuf di Arafah, jamaah haji diberangkatkan menggunakan bus untuk mabit (menginap) di Muzdalifah dan Mina.
Di Mina, jamaah akan melontar jumrah Aqabah pada 10 Zulhijah dan kemudian melontar jumrah Ula, Wustha, dan Aqabah pada hari-hari tasyrik.
Rangkaian kegiatan ibadah yang dilaksanakan oleh jamaah haji di Mina lebih berat.
Saat berada di Arafah, jamaah haji lebih banyak berdiam di dalam tenda. Sedangkan selama di Mina, jamaah akan bolak-balik dari tenda ke jamarat untuk melontar jumrah.
"Sampai selesai wukuf dilaporkan ada tujuh peserta haji yang wafat di Arafah. Jika di Mina tidak dipersiapkan dengan betul, kejadian yang sama akan terulang, banyak jamaah yang tumbang, termasuk lansia. Kita tidak berharap," kata Menteri Agama.
"Skenarionya badal, membadalkan (anggota) jamaah yang tidak mampu. Jadi, intinya kita tidak mau jamaah ini dipaksakan kondisi fisiknya," ia menambahkan.
Menteri Agama sudah meminta Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) untuk mendata anggota jamaah yang membutuhkan layanan badal lontar jumlah dan badal haji.
PPIH Arab Saudi juga sudah menyiapkan petugas untuk memberikan layanan badal lontar jumrah dan badal haji kepada anggota jamaah Indonesia yang membutuhkan.
Menteri Agama meninjau penyelenggaraan pelayanan bagi jamaah haji Indonesia di Tanah Suci didampingi oleh Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama Hilman Latief, Inspektur Jenderal Kementerian Agama Faisal Ali, Staf Khusus Menteri Agama Wibowo Prasetyo, dan anggota rombongan Amirul Hajj.