Palangka Raya (ANTARA) -
Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Palangka Raya, Provinsi Kalimantan Tengah bersama pemerintah kota setempat mencanangkan Kelurahan Kalampangan sebagai Kelurahan Cinta Statistik (Cantik).
"Seiring pencanangan Kelurahan Kalampangan sebagai Kelurahan Cantik dan pelaksanaan Sensus Pertanian 2023, kami berharap BPS mampu menyajikan data untuk menjawab isu pangan terkini," kata Penjabat (Pj) Wali Kota Palangka Raya, Hera Nugrahayu di Palangka Raya, Sabtu.
Karena, lanjut dia, data pangan terkini tersebut akan menjadi pondasi perancangan program dan kebijakan penguatan serta pengembangan sektor pertanian maupun pangan.
Hera pun mengapresiasi kinerja dan kolaborasi BPS Kota Palangka Raya bersama Pemerintah Kota Palangka Raya yang selama ini terjalin dengan baik.
"Kolaborasi dalam setiap elemen sangat diperlukan di setiap perangkat daerah guna memberikan dampak positif pada peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat," kata Hera.
Wanita berhijab ini menuturkan, banyak hal yang telah dilakukan Pemkot Palangka Raya bersama BPS. Di antaranya dalam peran pemangku kebijakan terkait kebutuhan data yang diperlukan seperti inflasi dan stunting.
“Setiap kita melaksanakan tugas membutuhkan data, contoh bila kita mengendalikan inflasi dan stunting diperlukan data dari BPS,” tutur Hera.
Kepala BPS Kota Palangka Raya, Amos Adam Residul mengatakan, kegiatan tersebut sebagai bentuk apresiasi BPS Kota Palangka Raya atas terselenggaranya pelaksanaan sensus pertanian di seluruh wilayah kota setempat.
"Kami juga menyerahkan piagam penghargaan kepada Kelurahan Kalampangan sebagai salah satu dari tujuh kelurahan di Kalimantan Tengah yang akan mendapatkan pembinaan Kelurahan Cantik tahun 2023 oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Kalteng," katanya.
Selanjutnya, dia mengatakan, terdapat dua isu kunci pertanian dan pangan global yang perlu diperhatikan yanki terkait ketahanan pangan terkait ketersediaan, akses dan keterjangkauan.
Dalam hal ini yang masih menjadi tantangan adalah pengetahuan dan adaptasi teknologi yang masih kurang, di tengah tekanan permintaan pangan domestik yang terus meningkat.
Kemudian terkait isu kualitas dan keamanan pangan. Prevalensi tengkes dan gizi buruk masih relatif tinggi di beberapa wilayah. Keberlanjutan secara sosial, ekonomi dan lingkungan juga tidak kalah penting.
