Jakarta (ANTARA) - Aryna Sabalenka menantang Iga Swiatek untuk pertandingan ulang final Madrid dan Roma di French Open.
Jika segalanya berjalan baik bagi petenis nomor dua dunia Sabalenka di French Open, ia akan menghadapi juara tiga kali Swiatek di final.
Sabalenka menikmati pertarungannya di lapangan melawan Swiatek meski mengalami kemunduran dalam dua pertandingan penting terakhir bulan ini.
Setelah menyelamatkan match point melawan Sabalenka untuk memenangi gelar Madrid pertamanya, Swiatek yang berusia 22 tahun kembali mengalahkan rivalnya itu pada Sabtu (18/5) untuk memenangi gelar Italian Open ketiganya di Roma.
"Selamat atas beberapa pekan yang luar biasa di Roma. Hal yang hebat, tenis yang hebat," kata Sabalenka saat upacara penyerahan piala, seperti disiarkan WTA.
"Saya berharap kami bisa mencapai final Roland Garros dan saya akan mengantarkan Anda ke sana," ujar Sabalenka sambil tertawa.
Seperti yang kemudian disindir Swiatek dalam pidato penerimaan pialanya, "Kita lihat saja nanti tentang final Roland Garros."
Dua pemain terbaik dunia tersebut bersiap untuk beristirahat dan bersiap menghadapi Grand Slam kedua musim ini.
Dalam pertemuan ke-11 dalam kariernya, Sabalenka tidak mampu menampilkan level terbaiknya melawan Swiatek, saat Swiatek mengantongi kemenangan 6-2, 6-3 untuk memperbesar keunggulannya menjadi 8-3 dalam head to head dan 4-1 di final turnamen.
"Saya suka Roland Garros. Saya melakukannya dengan baik tahun lalu di sana. Saya sangat bersemangat pergi ke sana," kata Sabalenka.
"Meskipun saya kalah di dua final ini, saya tidak pernah fokus pada masa lalu. Tidak peduli berapa kali saya kalah dari pemain tersebut, saya tetap tahu apakah saya akan berada di sana, jika saya akan bertarung, saya akan fokus pada diri sendiri, saya tahu bahwa saya bisa mendapatkan kemenangan itu."
"Saya pergi ke sana dengan keyakinan bahwa saya bisa melakukannya dengan baik di sana," ujar petenis berusia 25 tahun itu.
Tahun lalu, Sabalenka sempat mendapatkan match point atas Karolina Muchova di semifinal French Open. Tahun ini, dia bersaing ketat dengan Swiatek untuk gelar tersebut.
"Saya bukan orang yang diunggulkan di sana. Menjadi unggulan kedua, sulit untuk menyebut diri Anda underdog," kata Sabalenka.
"Saya jelas bukan favorit di sana. Namun pada saat yang sama, saya merasa bahwa saya benar-benar bisa memperjuangkannya. Skornya 50-50. Namun saya lebih memilih untuk menjadi underdog."
"Saya sangat berharap bisa lolos ke final dan saya sangat berharap bisa meraih kemenangan itu, entah itu Iga atau bukan. Ini turnamen yang luar biasa. Ini Grand Slam. Saya berangkat saja ke sana, dan berjuang untuk setiap poin dan lihat apa yang terjadi setelah turnamen," ujar juara dua Australian Open terakhir itu.