Sampit (ANTARA) - Banjir di di wilayah utara Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah terus meluas dan kini tercatat sudah ada 26 desa/kelurahan yang terdampak banjir sehingga membuat aktivitas masyarakat terganggu.
"Saat ini posisi bertahan karena curah hujan di atas (wilayah utara) masih terjadi dan juga ditambah dengan air pasang di Sungai Mentaya," kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kotawaringin Timur, Multazam di Sampit, Rabu malam.
Wilayah utara meliputi enam kecamatan yaitu Parenggean, Mentaya Hulu, Antang Kalang, Telaga Antang, Tualan Hulu dan Bukit Santuai. Banjir terjadi sejak 26 Mei lalu di beberapa desa di Telaga Antang, kemudian terus meluas hingga saat ini.
Multazam menyebutkan, berdasarkan data yang mereka himpun hingga Rabu malam, banjir terjadi di 26 desa/kelurahan yang tersebar di empat kecamatan dengan ketinggian air 40 hingga 130 centimeter.
Banjir di Kecamatan Telaga Antang terjadi di 11 desa yaitu Tumbang Sangai, Tukang Langit, Rantau Katang, Tumbang Mangkup, Tumbang Bajanei, Tumbang Boloi, Rantau Sawang, Luwuk Kowan, Rantau Suang, Tumbang Puan, dan Rantau Tampang.
Banjir di Kecamatan Antang Kalang melanda tiga desa yaitu Tumbang Manya, Tumbang Kalang dan Sungai Hanya. Jarak tempuh ke kecamatan ini sekitar tujuh jam dari Sampit Ibu Kota Kabupaten Kotawaringin Timur.
Banjir di Kecamatan Mentaya Hulu terjadi empat lokasi yaitu Kelurahan Kuala Kuayan, Desa Tanjung Jariangau, Bawan dan Tangkarobah. Banjir di kecamatan ini paling parah karena ketinggian air berkisar 80 hingga 130 centimeter, bahkan ada sekolah yang terdampak yaitu SDN 5 Kuala Kuayan.
Baca juga: Bakal calon bupati semakin gencar menggalang dukungan jelang Pilkada Kotim
Sementara itu banjir di Kecamatan Bukit Santuai melanda delapan desa yaitu Tumbang Penyahuan, Tumbang Tilap, Tumbang Getas, Tumbang Keminting, Tanah Haluan, Tewei Hara, Getas, dan Tumbang Sapia.
Banjir juga membuat akses jalan menuju lima desa menjadi terputus yakni Desa Tukang Langit, Rantau Katang, Tumbang Mangkup, Tumbang Bajanei, dan Bawan sehingga hanya mengandalkan jalur atau alat transportasi sungai.
"Saat ini sejumlah lokasi di bantaran Sungai Mentaya di Sampit pun ada yang terendam saat kondisi air pasang, padahal Sungai Mentaya menjadi muara turunnya air dari sungai-sungai lain," ujar Multazam.
Tim Reaksi Cepat BPBD yang langsung dipimpin Multazam telah turun ke lokasi banjir. Mereka memetakan perkembangan kondisi di lapangan sebagai bahan untuk mengambil langkah-langkah penanganan tanggap darurat.
Koordinasi terus dilakukan dengan pemerintah kecamatan dan desa, khususnya untuk memantau kondisi masyarakat yang terdampak banjir. BPBD juga berkoordinasi dengan Dinas Sosial terkait kesiapan penyaluran bantuan bahan pangan jika dibutuhkan.
"Mudah-mudahan per tanggal 30 Mei besok curah hujan sudah mulai menurun, tapi itu tidak menutup kemungkinan ada perubahan prakiraan karena banyaknya pengaruh iklim di sekitaran Indonesia saat ini," demikian Multazam.
Baca juga: Beredar kabar perombakan pejabat Kotim, ini penjelasan BKPSDM
Baca juga: Antisipasi terpapar PPOK, Warga binaan Lapas Sampit jalani skrining kesehatan
Baca juga: PT Unggul Lestari berikan 250 paket sembako ke korban banjir di Kotim