Sampit (ANTARA) - Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi) melakukan kunjungan kerja ke Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah untuk mengecek dan memastikan program pompanisasi yang dilaksanakan di wilayah tersebut berjalan dengan baik.
“Hampir semua negara terkena gelombang panas, kekeringan panjang sehingga produktivitas pertaniannya menurun, produksi beras turun. Program pompanisasi ini adalah upaya untuk mengantisipasi itu,” kata Jokowi di Kotim, Rabu.
Hal tersebut ia sampaikan saat mengecek pompanisasi di lahan pertanian Desa Bapeang, Kecamatan Mentawa Baru Ketapang.
Turut mendampingi Presiden Jokowi kunjungan kerja tersebut Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi, Sekretaris Militer Presiden Mayjen TNI Rudy Saladin, Komandan Paspampres Mayjen TNI Achiruddin, serta Deputi Bidang Protokol, Pers dan Media Sekretariat Presiden M. Yusuf Permana.
Sementara dari pejabat daerah yang mendampingi di antaranya, Gubernur Kalteng Sugianto Sabran, Bupati Kotim Halikinnor dan Wakil Bupati Kotim Irawati.
Pompanisasi merupakan program yang digalakkan Kementerian Pertanian untuk meningkatkan Indeks Pertanaman (IP) nasional. Melalui pompanisasi, masa tanam yang awalnya satu kali setahun bisa menjadi dua sampai tiga kali tanam setahun.
Disamping itu, Jokowi menjelaskan program pompanisasi ini untuk mengantisipasi gelombang panas yang diperkirakan akan melanda Indonesia dan berimbas pada menurunnya produktivitas pertanian.
Gelombang panas ini bukan hanya terjadi di Indonesia, tapi hampir semua negara. Banyak negara yang sebelumnya ekspor beras, sekarang berhenti mengekspor untuk memenuhi kebutuhan negaranya sendiri, begitu pula Indonesia.
Baca juga: Presiden Jokowi sebut harga bahan pangan di Sampit bagus
“Perkiraan BMKG mulai Juli sampai Oktober dan seterusnya akan ada gelombang panas yang menyebabkan kekeringan, ini harus disiapkan antisipasinya yang namanya pompanisasi,” ujarnya.
Pompanisasi ini pada dasarnya untuk membantu petani mengairi sawah. Hal ini terkesan sepele, tapi berdampak sangat krusial terhadap produktivitas pertanian.
Contohnya, di Desa Bapeang lokasi sawah atau lahan pertanian sebenarnya dengan dengan sungai yang bisa menjadi sumber pengairan. Namun, karena letak sawah lebih tinggi dari sungai, maka air tidak mengalir.
Dengan adanya bantuan pompanisasi, para petani bisa dengan mudah mengairi sawah terutama, bahkan saat musim kemarau. Sehingga, produktivitas pun bisa meningkat.
“Saya tanyakan ke petani, dengan adanya pompanisasi mereka yang dulunya cuma bisa satu kali panen sekarang bisa dua sampai tiga kali. Artinya ini bisa meningkatkan produktivitas petani dan itu hal bagus, di luar masalah lain seperti pupuk dan sebagainya,” tuturnya.
Melalui program ini pula pemerintah ingin memperkuat ketahanan pangan di Indonesia, sehingga ke depan tidak perlu impor untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Pemerintah Indonesia menyiapkan 70.000 pompanisasi untuk tanah air yang disalurkan secara bertahap, mulai dari 20.000 terlebih dulu.
Target pompanisasi di wilayah Kotim mencapai 7.600 hektare, namun yang terealisasi sejauh ini baru 435 hektare meliputi 31 unit pompanisasi. Ia menyebut kekurangan pompanisasi di Kotim akan diusahakan melalui Kementan agar semua terpenuhi.
Baca juga: Warga Sampit terharu dapat bantuan langsung dari Presiden Jokowi
Ketua Kelompok Tani Ujung Pandang di Desa Bapeang, Masdar menyampaikan terima kasih atas bantuan pompanisasi dari pemerintah. Menurutnya bantuan ini sangat bermanfaat untuk meningkatkan produktivitas pertanian.
“Alhamdulillah, kami berterima kasih kepada Presiden telah membantu alat pompanisasi ini. Mudah-mudahan pertanian di wilayah kami yang semua panen satu kali setahun minimal bisa dua kali, sehingga hasilnya pun meningkat,” ucapnya.
Masdar menerangkan, sebelum ada bantuan pompanisasi ini para petani di wilayahnya hanya mengandalkan air hujan untuk mengairi sawah.
Ketika musim kemarau lahan pertanian mereka akan mengering, bahkan saking keringnya tanah di permukaan sawah akan retak. Dalam kondisi tersebut petani tidak bisa mengolah lahan.
Namun, dengan adanya pompanisasi mereka tetap bisa mengairi sawah dan mengolah lahan. Ia pun berharap dengan demikian produktivitas pertanian meningkat bukan hanya untuk petani dan masyarakat di Desa Bapeang, tapi Kotim pada umumnya.
“Yang pasti pompanisasi ini sangat bermanfaat untuk kami, terutama ketika musim kemarau nanti bisa kami gunakan untuk mengairi dan mengolah lahan, sehingga produksi padi di Bapeang maupun Kotim bisa meningkat,” pungkasnya.
Disisi lain, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kotim Sepnita menyampaikan mesin pompanisasi yang diterima dari Kementan berkapasitas enam inch.
Jumlah pompanisasi yang diterima Kotim sebanyak 31 unit, enam di antaranya disalurkan untuk pertanian Desa Bapeang lalu sisanya disebar ke wilayah lain di Kotim.
Luas lahan di Desa Bapeang, khususnya Kelompok Tani Ujung Pandang kurang lebih 40 hektare meliputi pertanian padi, jagung dan sayuran. Selain pompanisasi, pemerintah juga menyalurkan bantuan 10 unit hand traktor untuk meningkatkan produksi pertanian setempat.
Baca juga: Bupati Kotim dukung alih fungsi lapangan bola jadi RTH di MHU
Baca juga: Bupati Kotim perbolehkan Disdik angkat guru kontrak jika perlu
Baca juga: Kunjungi Sampit, Presiden Jokowi akan ke pasar dan sawah