Palangka Raya (ANTARA) - Fakultas Pertanian dan Kehutanan Universitas Muhammadiyah Palangka Raya (Fapertahut UMPR) terus berinovasi dalam menghadirkan pembelajaran berbasis praktik. Salah satu langkah nyatanya diwujudkan melalui program Pelatihan Budidaya Hidroponik, yang telah dirancang berlangsung selama satu bulan. Kegiatan ini merupakan bagian dari inisiatif strategis Fapertahut untuk memperkuat keterampilan non-akademik mahasiswa dan memperkenalkan pertanian modern yang ramah lingkungan.
Pelatihan yang digelar di ruang Fapertahut, Kampus-3, difokuskan pada budidaya sayuran seperti sawi, pakcoy, dan seledri menggunakan metode hidroponik, yakni teknik bercocok tanam tanpa tanah, menggunakan larutan air bernutrisi. Sebanyak 21 mahasiswa mengikuti pelatihan ini, mendapatkan materi teori dan praktik langsung dari dosen internal serta seorang insinyur hidroponik profesional dari Palangka Raya.
Dr. Saijo, SP., MP, Direktur Sekolah Vokasi Fapertahut UMPR, menekankan bahwa pelatihan ini bukan hanya mengajarkan teknis budidaya, tapi juga membentuk karakter wirausaha dan kepekaan terhadap isu pangan dan lingkungan.
“Kami ingin menciptakan mahasiswa yang tidak hanya andal secara akademis, tapi juga siap secara mental dan skill untuk menghadapi dunia luar kampus. Pelatihan hidroponik ini jadi wadah mereka memahami pertanian berkelanjutan sekaligus melihat potensi ekonomi di baliknya,” ungkap Dr. Saijo.
Ia menambahkan bahwa kegiatan ini juga mendorong mahasiswa untuk berpikir strategis dari teknik produksi, manajemen pertumbuhan tanaman, sampai aspek pengemasan dan pemasaran produk. Produk hasil panen direncanakan akan dipasarkan ke beberapa supermarket lokal sebagai langkah konkret untuk mengenalkan hasil pertanian sehat dari UMPR ke masyarakat.
Dekan Fapertahut, Dr. Hj. Rita Rahmaniati, M.Pd, juga memberikan dukungannya penuh terhadap pelatihan ini. Menurutnya, kegiatan semacam ini tidak hanya memberi keterampilan baru bagi mahasiswa, tetapi juga memperkuat kesadaran akan pentingnya ketahanan pangan nasional dan produksi pangan sehat.
“Pelatihan ini bukan hanya ajang belajar menanam, tetapi bagian dari gerakan menyadarkan pentingnya ketahanan pangan. Mahasiswa kami diajarkan menanam tanpa pupuk kimia berbahaya, dan diarahkan untuk melihat peluang usaha dari sini. Kami harap ini menjadi program rutin tiap semester,” ujar Dr. Rita.
Wakil Rektor 3 UMPR, Apt. Guntur Satrio Pratomo, S.Farm., M.Si, menilai pelatihan ini sebagai bagian dari misi strategis pengembangan karakter mahasiswa dan pembelajaran berbasis pengalaman nyata.
“Kami sangat mendukung program-program seperti ini secara berkelanjutan. Ini bukan sekadar pelatihan, tapi wadah pembentukan mental kewirausahaan, tanggung jawab sosial, dan kemandirian. Kami berharap ke depan, hidroponik dan pelatihan sejenisnya menjadi program unggulan mahasiswa di luar kelas,” ujarnya.
Setelah pelatihan hidroponik selesai, Fapertahut akan melanjutkan program dengan pelatihan budidaya madu kelulut, sebagai bagian dari pengembangan program pelatihan terstruktur. Hal ini menunjukkan adanya perencanaan jangka panjang untuk diversifikasi pelatihan yang relevan dengan potensi lokal dan tren global menuju pertanian berkelanjutan dan alami.
“Kami tidak ingin berhenti di hidroponik. Budidaya kelulut adalah langkah lanjutan yang memberi nilai tambah, karena kami ingin mahasiswa memahami ekosistem bisnis agribisnis secara menyeluruh,” tambah Dr. Saijo.
