Palangka Raya (ANTARA) - Fakultas Kedokteran Universitas Palangka Raya (FK UPR), Kalimantan Tengah bersama mitra mengedukasi masyarakat terkait penanganan leukemia.
"Leukemia yang selama ini dikenal luas sebagai kanker darah ternyata masih menyimpan banyak kesalahpahaman di masyarakat," kata Dosen FK UPR Lia Sasmithae di Palangka Raya, Selasa.
Melihat kondisi tersebut, FK UPR menggelar kegiatan pengabdian masyarakat berupa seminar awam bertema “Bukan sekadar kanker darah: Menguak fakta dan harapan baru dalam penanganan leukemia.”
Menurut Lia, anggapan leukemia merupakan penyakit keturunan tidak sepenuhnya benar, sebab sebagian besar kasus leukemia bersifat sporadis atau terjadi secara acak, bukan karena faktor genetik yang diturunkan langsung dari orang tua.
“Perubahan genetik yang memicu leukemia umumnya terjadi selama hidup seseorang, bukan sejak lahir. Ini penting dipahami agar masyarakat tidak takut berlebihan,” ucapnya.
Baca juga: UPR lantik 291 PPPK dan syukuran Dies Natalis ke-62
Selain meluruskan mitos, Lia juga menekankan pentingnya deteksi dini dan diagnosis yang akurat. Ia menyebut beberapa tanda awal leukemia yang perlu diwaspadai seperti mudah lelah, pucat, demam berulang, dan mudah memar. Bila gejala tersebut menetap, langkah pertama adalah melakukan pemeriksaan darah lengkap.
Namun, menurutnya, diagnosis tidak berhenti pada pemeriksaan darah. Pemeriksaan lanjutan seperti aspirasi dan biopsi sumsum tulang, serta pemeriksaan genetik seperti FISH, PCR, dan NGS sangat diperlukan untuk menentukan strategi pengobatan yang tepat.
“Pemeriksaan genetik sangat penting, karena membantu menentukan terapi yang paling efektif bagi pasien. Ini yang disebut personalized medicine, pengobatan yang disesuaikan dengan kondisi genetik pasien,” ujarnya.
Lia juga memaparkan perkembangan terapi leukemia terkini. Ia menegaskan bahwa penyakit ini bukan lagi vonis mati. Berbagai kemajuan seperti terapi target, imunoterapi, hingga transplantasi sumsum tulang kini menjadi harapan baru bagi pasien.
“Transplantasi sumsum tulang, baik dari sel pasien sendiri maupun dari donor, kini sudah tersedia di sejumlah pusat rujukan nasional di Indonesia,” tuturnya.
Dalam edukasi tersebut, FK UPR bersama Prodia juga melakukan pengukuran efektivitas kegiatan, dengan melakukan pre-test dan post-test kepada seluruh peserta.
Hasilnya, terjadi peningkatan pengetahuan sebesar 31,7 persen, dari 53,3 persen menjadi 85 persen setelah mengikuti seminar. Peningkatan tertinggi, yakni 40 persen, tercatat pada pemahaman peserta tentang terapi terbaru leukemia.
"Kami berharap kegiatan ini dapat terus digelar untuk menjangkau lebih banyak warga Kalimantan Tengah dalam meningkatkan kesadaran dan deteksi dini terhadap penyakit leukemia," demikian Lia.
Baca juga: Peneliti: Mahasiswa masih sulit gunakan Noun Phrases dalam tulisan Bahasa Inggris
Baca juga: PPK BEM FK UPR semarakkan pengabdian lewat Hasupa Fest
Baca juga: Kembangkan kreativitas guru, dosen UPR gelar pelatihan alat praktikum fisika berbasis mikrokontroler
