Maskapai Penerbangan Lesu Akibat Kabut Asap

id Maskapai Penerbangan Lesu Akibat Kabut Asap, Branch Manager Kalstar Aviation Sampit, Novallino

Maskapai Penerbangan Lesu Akibat Kabut Asap

Ilustrasi, (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)

Sampit (Antara Kalteng) - Maskapai penerbangan lesu akibat aktivitas di Bandara Haji Asan Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, beberapa kali lumpuh total terekan kabut asap kebakaran lahan.

"Kami tidak berbicara kerugian. Tapi memang kejadian ini cukup mengganggu. Dalam sehari saja dari seluruh aktivitas penerbangan di Sampit, kami kehilangan potensi pendapatan lumayan sekitar Rp600 juta," kata Branch Manager Kalstar Aviation Sampit, Novallino di Sampit, Kamis.

Sejak kabut asap cukup parah melanda Sampit, jadwal penerbangan di Bandara Haji Asan Sampit menjadi terganggu. Bahkan sejak Selasa lalu hingga akhir pekan nanti, Kalstar terpaksa membatalkan seluruh jadwal penerbangan karena tidak ingin mengambil risiko dan mengecewakan calon penumpang mengingat asap pekat masih terjadi.

Gangguan akibat asap ini memang tidak dikehendaki siapapun dan calon penumpang pun memahaminya. Namun, manajemen Kalstar memutuskan membatalkan jadwal penerbangan sehingga calon penumpang ada kepastian dan bisa mencari alternatif, misalnya terbang melalui Bandara Iskandar Pangkalan Bun.

Kalstar yang merupakan satu-satunya maskapai beroperasi di Bandara Haji Asan Sampit. Rute yang dilayani yaitu Jakarta, Surabaya, Semarang, Pangkalan Bun, Banjarmasin, Ketapang dan Pontianak dengan menggunakan pesawat jenis Boeing dan ATR.

Dampak asap tidak hanya mengganggu kesehatan, tetapi telah berdampak pada aktivitas perekonomian masyarakat. Banyak kegiatan masyarakat menjadi terganggu akibat ditutupnya penerbangan di Bandara Haji Asan Sampit.

"Kita sama-sama berdoa saja semoga hujan turun rutin sehingga kebakaran lahan dan asap segera berakhir. Kondisi saat ini memang sudah di luar kemampuan kita. Semua sektor terkena imbasnya," sambung Novallino.

Sementara itu, sebagian calon penumpang pesawat kini beralih menggunakan kapal laut. Meski waktu tempuh menjadi lebih lama, namun jadwal keberangkatan kapal sudah pasti sehingga masyarakat bisa mengatur jadwal untuk aktivitas mereka.

"Tapi dampaknya terhadap pertambahan penumpang kapal laut tidak begitu banyak. Kalau perhitungan kami, jumlah penumpang masih normal. Seperti pada 5 Oktober malam lalu, kapal menuju Semarang hanya mengangkut sekitar 600 orang. Keberangkatan kapal sebelumnya bahkanya hanya sekitar 350 penumpang," kata Kepala PT Pelayaran Nasional Indonesia Cabang Sampit, Lamson Ompusunggu.

Kabut asap juga cukup mengganggu jarak pandang nakhoda ketika kapal sudah memasuki alur Sungai Mentaya menuju Pelabuhan Sampit. Namun kapal dilengkapi radar sehingga masih bisa berlayar sesuai arah yang dituju.