PSK Ramai-Ramai Tinggalkan Kotawaringin Timur

id Kotim, sampit, kotawaringin timur, PSK, Bima Ekawardhana

PSK Ramai-Ramai Tinggalkan Kotawaringin Timur

Ilustrasi. (Istimewa)

Mereka mengeluhkan karena pengunjung semakin sepi, bahkan banyak yang memilih pulang kampung. Ini artinya Kotawaringin Timur (Kotim) bukan daerah potensial bagi PSK,"
Sampit (Antara Kalteng) - Pekerja seks komersial yang beroperasi di sejumlah lokalisasi di Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah ramai-ramai meninggalkan lokalisasi karena sepi pengunjung.

"Mereka mengeluhkan karena pengunjung semakin sepi, bahkan banyak yang memilih pulang kampung. Ini artinya Kotawaringin Timur (Kotim) bukan daerah potensial bagi PSK," kata Kepala Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kotim Bima Ekawardhana di Sampit, Selasa.

Ada tiga lokalisasi di Kotim, yakni km 12 Jalan Jenderal Sudirman Kelurahan Pasir Putih Kecamatan Mentawa Baru Ketapang, lokalisasi di Kecamatan Parenggean dan lokalisasi Tangar Kecamatan Mentaya Hulu.

Lokalisasi terbesar yakni Jalan Jenderal Sudirman Kelurahan Pasir Putih yang lokasinya terbilang dekat dengan Sampit, Ibu Kota Kabupaten Kotim, yakni hanya 12 kilometer.

Tahun lalu, jumlah PSK di lokalisasi km 12 Pasir Putih sebanyak 224 orang. Namun hasil pendataan pekan lalu, jumlahnya berkurang menjadi 196 orang. Banyak PSK yang memilih pulang kampung karena pengunjung lokalisasi makin sepi.

Selain itu, ada pula PSK yang memilih meninggalkan pekerjaan itu dengan membuka usaha bermodal keterampilan yang sering diberikan Dinsosnakertrans melalui berbagai pelatihan seperti memasak, menjahit, tata rias dan lainnya.

"Untuk jumlah PSK di Parenggean dan Tangar, ini akan kami data," sambung Bima seraya memprediksi jumlah PSK di dua lokalisasi itu juga berkurang.

Semakin sepinya pengunjung diperkirakan imbas meningkatnya kesadaran laki-laki terdahap dampak negatif seks bebas yang di antaranya bisa terjangkit penyakit mematikan HIV/AIDS. Razia yang sering dilakukan petugas dinilai juga berpengaruh terhadap pengunjung.

Aisyah, salah seorang warga berharap pemerintah daerah tidak lantas terlena dengan berkurangnya jumlah PSK di lokalisasi. Pengawasan harus terus dilakukan agar masalah sosial ini tidak meningkat dan merusak keharmonisan rumah tangga di masyarakat.

"Harus terus dirazia. Jangan-jangan di lokalisasi berkurang, ternyata malah beroperasi di hotel-hotel atau tempat hiburan malam. Ini justru lebih berbahaya. Penutupan lokalisasi Kalijodo juga harus dipantau imbasnya karena bisa saja ada PSK dari sana yang pindah ke Sampit," katanya.

Masyarakat berharap aktivitas PSK terus diawasi. Selain dampak sosial, yang ditakutkan adalah merebaknya penyakit HIV/AIDS yang bisa menular kepada anak dan istri dari laki-laki yang sering ke lokalisasi.