Pulang Pisau (Antara Kalteng) - Kekosongan obat-obatan bagi pasien BPJS Kesehatan di RSUD Pulang Pisau masih kembali kosong lagi.
Tidak bisa dipungkiri, masalah seperti ini dapat menurunkan citra pelayanan kesehatan yang diberikan pemerintah setempat dan ketidakpercayaan masyarakat kepada BPJS Kesehatan dengan memungut iuran perbulan untuk memberikan jaminan biaya pengobatan.
Legislator DPRD Kabupaten Pulang Pisau, Dwi Erlina mengaku meski dirinya tidak mengetahui secara pasti persoalan tentang penyediaan obat untuk pasien BPJS Kesehatan, namun terjadinya kekosongan obat harus menjadi perhatian yang serius bagi pemerintah setempat.
"Kita mendapatkan informasi dari keluarga salah satu awak media yang merasakan langsung apa yang dialami terhadap pelayanan kesehatan di RSUD setempat, dan meminta kami selaku dewan untuk mengomentari masalah ini," kata Erlina, Senin.
Kepala daerah, kata dia, harusnya lebih fokus menyikapi masalah seperti ini karena menyangkut citra pemerintah setempat. Apabila terus-terusan ada keluhan obat-obatan kosong, imbasnya ya tetap kepada pemerintah daerah dan bisa terjadi menurunnya kepercayaan masyarakat kepada pemerintah.
Apa yang sebenarnya terjadi?, apakah masih dibebankan biaya kepada masyarakat khususnya bagi pasien BPJS yang selama ini merasa telah membayar iuran secara rutin menjaminkan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Hal ini sebagai salah satu contoh saja, bagaimana ini terjadi pada keluarga kita, kerabat kita, dan masyarakat lainnya?
Menurut Erlina, masyarakatpun sebenarnya tidak ingin sakit. Tapi apabila sakit, mereka yang ingin menjadi anggota BPJS Kesehatan, pada waktu sakit tidak ada biaya yang dikeluarkan.
Toh, nyatanya pasien BPJS mengeluarkan uang sendiri untuk biaya menebus obat, dimana hal yang meringankan masyarakat? Padahal itu cuma obat generik yang harusnya standby dan ada untuk melayani kebutuhan pasien BPJS. Bukan hanya obat, pasien dan keluarganya juga harus memikirkan biaya lain selama berobat di RSUD.
Sementara itu Merisa salah satu pasien BPJS Kesehatan yang menjalani rawat inap di RSUD Pulang Pisau mengaku dua kali RSUD memberikan resep obat, dua kali juga apotek yang melayani obat-obatan pasien BPJS mengalami kekosongan dan terpaksa menebus obat ke apotik lainnya.
"Kalo pas tidak ada uang bagaimana? Kalau begini, pasien bukan sembuh tetapi malah stress memikirkan lagi biaya untuk menebus obat. Makanya kalau sakit di RSUD, pasien banyak memilih minta pulang karena takut mengeluarkan biaya lagi jika rawat inap berlama-lama," kata Merisa.
Meski dari keterangan center BPJS Kesehatan di RSUD setempat biaya penebusan obat itu akan diganti oleh pihak BPJS, tetapi masih belum jelas kapan.
Berdasarkan pengalaman, pergantian membutuhkan waktu lama, dan tragis malah ada pasien yang tidak mendapatkan klaim pergantian
Ia juga berharap kepada pemerintah untuk menyediakan ruangan yang layak bagi pasien. Untuk semua Klas, paling tidak diberikan AC pendingin yang sama. Jadi pasien Klas II tidak membawa kipas sendiri dari rumah dan peralatan lainnya, seperti mau pindahan rumah saja.
Merisa mengaku dirinya juga mewakili perasaan pasien lainnya, karena banyak yang merasa hal sama tetapi tidak berani publikasi ke media. Hasil dari publikasi dikuatirkan, karena ketika sakit nanti tidak mendapatkan pelayanan yang maksimal dan takut mendapat intimidasi dari pihak RSUD setempat, kata Merisa.
Sementara Direktur RSUD Pulang Pisau, dr Frans Surentu dihubungi melalui telepon untuk konfirmasi terkait kekosongan obat ini masih perjalanan di luar kota.