Artikel - Trisakti Dan Budaya Gotong Royong Indonesia

id Palangka Raya, Kalimantan tengah, Artikel - Trisakti Dan Budaya Gotong Royong Indonesia, Eunike Fersa

Artikel - Trisakti Dan Budaya Gotong Royong Indonesia

Eunike Fersa

43 tahun yang lalu digaung sebuah pemikiran tentang keinginan kuat Presiden pertama Republik Indonesia akan kemerdekaan diri sendiri yang berarti merepresentasikan kedaulatan Indonesia dalam politik, mendorong terciptanya kebebasan merepresentasikan kepribadian kebudayaan Indonesia dan menciptakan jalan kemandirian ekonomi dengan tidak tergantung kepada kekuatan imperialis. 

Sebuah program yang diberi nama TRISAKTI yang sempat terhenti ditengah jalan dan kini sedang berupaya dilanjutkan oleh presiden ke-7 dalam bentuk baru, yaitu NAWACITA. 

Berbicara tentang TRISAKTI bidang budaya, Soekarno selalu membanggakan sebuah budaya leluhur Indonesia, yaitu gotong royong. Namun pada masa sekarang, generasi muda sudah hampir tidak mengenal lagi budaya gotong royong sehingga muncul pertanyaan "Apa yang membuat budaya ini begitu mengagumkan bagi Soekarno?." Mari kita kupas bersama.

Ternyata budaya gotong royong dulunya memang sangat dibanggakan oleh para leluhur kita. Sebuah konsep luar biasa yang membuat banyak bangsa di dunia takut kepada Indonesia. Mengingat kembali bagaimana para penjajah dengan mudahnya menguasai negara kita pada awalnya, bukan dengan senjata dan peralatan tempur yang hebat, tetapi hanya dengan taktik adu domba. 

Penjajah berusaha memecah belah Indonesia dengan berbagai isu SARA dan  masyarakat kita begitu gampang dipengaruhi. Itu adalah sejarah, kita tidak bisa pungkiri bahwa itu pula yang menyebabkan VOC, Saya tidak sebut Belanda, karena bukan Belanda yang menguasai Indonesia, melainkan VOC yang merupakan serikat pedagang Belanda. 

Maka jika bicara Belanda menjajah Indonesia selama 350 tahun, sebenarnya bukan hal yang tepat. Belanda tidak pernah menjajah kita selama itu, yang menjajah kita adalah VOC, yang derajatnya sama seperti KADIN (Kamar dagang dan Industri) di Indonesia.

Sekali lagi bukan Belanda yang menjajah indonesia, hanya saja mereka orang-orang belanda. Jadi, betapa memalukan bahwa negara sebesar ini cukup dijajah oleh perusahan. Kok bisa? Nah, itu tadi. 

Ketika budaya gotong royong mulai punah, kekayaan kita sendirilah yang akan menghancurkan kita. Lebih dari 17.000 pulau dengan kebudayaan dan karakteristik berbeda yang seharusnya menjadi sebuah kekayaan yang patut dibanggakan, justru menjadi boomerang yang akan meruntuhkan kesatuan bangsa. 

Kembali lagi, ketika budaya gotong royong mulai punah. Ketika orang menjadi lebih egois, self orientation dan tidak lagi saling menghormati.

Salah satu faktor yang semakin merusak budaya gotong royong adalah teknologi handphone. Karena itu regulasi terhadap penggunaan seluler sebenarnya penting untuk diperhatikan. Sekarang mari kita perhatikan ketika sebuah keluarga makan bersama di restaurant. Adakah kegiatan mengobrol yang begitu dekat? 

Jarang. Anaknya bermain game, ibunya chattingan, ayahnya whatssapan. Tidak saling bicara. Lalu bagaimana yang namanya konsep gotong royong itu bisa hidup jika mulai dari lingkungan yang kecil saja seperti ini. Berbicara tentang bangsa tidak melulu membicarakan hal besar. 

Membangun bangsa harus dimulai dari keluarga. Karena itu ada pepatah yang mengatakan; 
Ketika kita hendak menghancurkan suatu bangsa, hanya 3 yang harus kita hancurkan. Pertama,  keluarga. Hancurkan peranannya sebagai dasar pembentukan masa depan bangsa. Kedua, pendidikan. 

Dengan pendidikan yang dihancurkan orang-orang akan menjadi bodoh dan tidak mempunyai kemampuan daya saing. Jika Anda perhatikan, dua poin ini benar-benar sudah mulai hancur. Pola pendidikan anak sudah mulai bergeser.

Orangtua sudah mulai sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Ibunya bekerja, bapaknya bekerja, anak diserahkan ke pembantu. Sehingga dalam tatanan moral dan hal-hal lainnya orangtua tidak ikut berperan banyak. 

Silakan Anda bayangkan, ketika keluarga sudah hancur, padahal keluarga adalah dasar awal pembentukan manusia yang sebenarnya. Ketika pendidikan dihancurkan, ya selesailah sudah. Itulah mengapa dulu penjajah tidak pernah senang jika kita berpendidikan tinggi. 

Karena jika masyarakat kita berpendidikan tinggi maka akan susah diatur, susah dimanfaatkan. Tapi kalau pendidikan kita rendah, ingatlah begitu gampangnya mereka mempengaruhi kita. Kedua faktor tersebut sangat penting untuk direnungkan. 

Faktor yang ketiga yang tidak kalah penting ialah faktor hukum. Salahkah ketika orang bicara bahwa hukum di negara kita ini tajam ke bawah dan tumpul ke atas?  Ketika penegakan hukum di suatu negara tidak berjalan dengan baik, sudahlah, tidak lama negara itu akan jatuh.

Oleh karena itu sekarang banyak yang berkata bahwa Indonesia ini tinggal menunggu waktu  untuk menjadi negara yang hancur seperti negara-negara di Timur Tengah. Kita tidak bisa munafik bahwa memang begitu gampangnya masyarakat dipancing, disulut dan dipecah, kemudian saling berperang satu sama lain. 

Isu-isu SARA begitu gampangnya diterapkan. Padahal dulu tidak pernah bisa yang namanya SARA ini mematahkan semangat persatuan. Karena konsep gotong royong negara ini dulunya sangat kuat.

Kebersamaan yang sangat kuat. Saling menghargai dan menghormati bukanlah hal yang sangat susah dilakukan seperti sekarang melainkan hal yang dijunjung tinggi setulus hati.

Anda, saya, dan kita semua tentu tidak akan setuju jika Indonesia berencana untuk menghancurkan diri. Maka mari kita benahi bersama ketiga pilar itu. Kelaurga, pendidikan dan hukum. Mari kita kembangkan ketiganya dengan baik, maka tidak akan ada negara lain yang bisa mengalahkan Indonesia. 

Mengalahkan bukan berarti berperang, namun kekuatan indepensi Indonesia yang menjadi luar biasa. Sehingga kita tidak lagi terjajah secara ekonomi, juga yang sangat penting adalah jangan sampai mau terjajah secara mental. Jangan biarkan tatanan norma-norma masyarakat Indonesia yang cukup bagus melalui gotong royong itu dirusak. Dirusak dengan apa? dengan individualisme, hedonisme, keinginan yang mewah dan sebagainya yang akhirnya menciptakan kesenjangan. Oleh sebab itu, mari bergerak, kembalikan budaya gotong royong dan buatlah bangsa-bangsa di dunia kembali takut kepada Indonesia.


* Penulis : Bawi Nyai Pariwisata Kalteng 2015


Baca Juga :